Browsing posts in: Puisi

Bergerak dengan Sepeda

siang hari mengusir duka

bahanya dari anyaman embun sisa
sial saja gundah makin menganga
karena iba bukan seikat hadiah

>> Selengkapnya


Martin Heidegger (1889-1976)

waktu lampau sejenak
filsuf itu gelisah, frustasi sejarah akal dipecah pecah
nurani purbanya terpanggil, dengan kuas Nietche, sang pengebrak peruntuh sang “ada”
dia susun proposal tentang berpikir ala puisi
tak mau disebut puisi, sebut saja merasakan ada

>> Selengkapnya


Temaram Bulan

pada suatu ketika
tali tersambung dengan mega
hati bercampur dengan kilat langit
gemuruh gaduh disana bak purnama diam
aku melesat ke angkasa dengan satu kepakan
sayang,.. terpelanting jatuh dihempas topan asing

hati siapa yang tak tergores
jika bulan kembali temaran


Marah yang Sabar

aku ingin marah, membanting kaca-kaca retak
aku ingin meninju, melempar wajahmu yang penuh beludru
aku sabar, katanya dunia memihak pada yang benar
aku diam, katanya semesta penuh curahan

>> Selengkapnya


Serpihan Cinta

 

wahai kekasih perlambang yang jauh disana
wahai kekasih yang dekat dengan mata
wahai kekasih yang denganmu aku memangku yang lalu
wahai kekasih yang hanya hujan menemanimu
wahai kekasih yang menahan kesedihan dunia ini

>> Selengkapnya


Waktu yang Sempurna

Mengalami waktu seperti terbang tanpa jejak
Memahami waktu, memindai tiap gerak
wahai sang waktu, dimana kau berada?
jika kau tak ada, untuk apa bumi terus berputar

waktu, kaulah kesadaran
waktu kau ada dalam seluruh gerakan
adakah waktu tanpa titik titik
adakah waktu, yang dia berjalan tanpa semesta materi

jika ada, kaulah akal universalku, jika ada kaulah yang bersemayam dalam mimpiku
jika ada, kaulah gerak ruhani murniku
wahai sang waktu, kaulah penanda kesedihan, seperti awan yang bergerak cepat

dialah diam tanpa kata, kaya makna
dialah tangis saat bashir menyaksikan alam sebenarnya
dialah orang paling tertindas yang senjatanya hanya doa
dialah yang kata-katanya adalah hakekat perbuatanya
dialah yang selalu hidup menyaksikan ghaib dari yang paling ghaib
dialah penyembah Allah tanpa selainya
dialah yang wadah ruhaninya mampu tampung seluruh nama-namnya
dialah golongan para muwahid sempurna


Cinta yang Sempurna

pada mulanya manusia
mereka hidup liar di belahan dunia mana saja
kemudian setelahnya mengganas ingin hidup selamanya
dengan cara meniadakan selainya
tapi ingat sebelumnya, dunia disangga langit berupa asap-asap

datanglah curahan cahaya berwujud Adam
mengajari memilih memetik dunia sebenarnya
pelan-pelan sekaligus cepat dunia berevolusi

sampailah tangan cahaya itu menyemai akalku
sebelumya iman seadanya
akal seadanya
nafsu hewani mendominasi
jadinya manusia digerakkan hewan

lalu pelan berevolusi akalku mengenal medan perjuangan
sebelumnya revolusi hanya milik buruh
setelah itu aku tahu, jiwa, akal, ruh dalam pengertian apa adanya
sedikit tapi pasti aku jatuh cinta pada para filsuf illahi
hidup dalam gua, menyusun kitab demi keindahan, kebaikan dan kebenaran
kau lah Mulla Sadra,…
melaluimu aku mengenali metafisika umum untuk mengenal Tuhan sebenarnya

kini kutahu kaki ini bergetar bergerak
karena aku akan mengucap terima kasih pada akal filsuf illahi
kau antarkan aku mengenal Tuhan
adakah Tuhan itu seperti apa
Dialah cinta,….puncak kesempurnaan akal



Di Bibir Fana

 

Kini aku berdiri di bibir fana
Tepi-tepi akal akan pulang
Burhan shidiqien ampuh pisahkan lapis-lapis penetapan
Ibnu Sina, wahai filsufku, kau jabarkan Aristoteles dengan benderang akal
Semoga kau senang bersemayam disana

datang kemudian filsuf keduaku, Shurowahdi
dengan filsafat cahaya nature sebab-akibat bertingkat sempurna
aku menikmati gelang cahaya,…
melingkar-linkar sempurnakan akal universalku, sempurnakan aneka akal partikularku

kini kutahu Tuhan menyempurnakan kegelapan bodoh manusia
ya Allah yang Maha dari segala Maha
anugerahMU semoga tercurahkan selalu pada nabiku,dan wakil-wakil pemangku rahasia
keajaibanmu kau hadirkan Sadr Mutaalain,…
engkau filsuf yang mengubahku, memotong habis tabiat-tabiat burukku

melalu cahaya al-haqq, kata-kata Sadra membius kecil jiwaku
perlahan sempurnakan kerdilnya akalku
dengannya aku mengenal Tuhan perlahan-lahan

kutahu persis dimana aku berdiri
disana ahadiah, tempat segala tauhid diwujudkan,..
jalanya tipis, seperti benang di alam shirotol mustaqien
sedikit tergelincir, murni tauhid jadi syirik

pekerjaan paling sulit adalah tidak menjadi syirik
bagaimana menjalani hidup bersama selain-Nya sekaligus hanya fokus pada wajah-Nya

kusadar dimana wahidiyah, tempat keanekaan terpecah-pecah
tempat sebelumnya Tuhan ciptakan bukan ruang waktu
darisana nama-nama Tuhan menyangga dunia ini
irodah, ilmu, kehidupan menjadi kendaraan mempresepsi jiwa

oh kau yang dirindu para pecinta,datanglah nama yang disebut fana, wujudkan sekarang juga


Cahaya Murni

 

Memisahkan dari selain-Mu
Mengusir akal subhatku
Memisahkan dari selain-Mu
Menghadapkan pada satu wajah-MU

Dimana aku jika tidak ada selain-MU
Dimana wajahku diantara selain-MU
Inikah melihat tanpa waktu zaman
Inikah bashir hasil olah zhauq

Oh betapa mulia tubuh ini, memikul jiwa di alam jagat raya
oh betapa tersembunyi jiwa, bersembunyi dalam waktu dan materi
oh betapa aku ingin terbang ke waktu dahr menuju sarmad

ya al-haqq, yang sebentar lagi tanpa nama,..
aku menunggu pingsan seperti Musa
tapi umat Muhammad setia tanpa mata melihat hancur gunung tuk “iman”

Adakah iman selalu menunggu di ujung akal dan inderaku
itukah iman bersemayam syuhud qalbi?

ya Allah, ya al-haqq, engkau suci dari selain-MU
aku menyembah hanya padaMU
aku linglung hidup bersama selain-MU

ya Allah ya al-haqq, sucikan kata-kataku yang kosong dari cahaya murni-MU