Sahabat
20/01/2019
Oh sahabat Albaniaku
Di kedai usai kita sekolah di persimpangan Valler Asser
Anak-anak muda minum kopi susu Itali, makan keju makroni lokal
Syal melilit, tangan membeku menahan dingin malam
Kita berbicara tentang keluarga dan masa depan tulisan
Kau dibesarkan dalam degup budaya generasi Gorbhacev
Luka agamamu seperti merusak anai anai kehidupan bunga mawar
Keras nian kehidupan vodka, ideologi dan kejayaanTsar
Membekas dalam dalam, dalam sejarah kehidupanmu
Timur tsar berjudi melawan Romawi
Oh sahabatku yang pintar dan malang
Dari kota libanon, Damaskus dan Tehran
Berburu bahasa Arab, Persia, Inggris, Fiqih, Filsafat, Sejarah dan Kalam
Kemana lagi angin zaman melukis pikiran kita?
Bergerak dalam irama perubahan langit di senja yang temaram
Kita hidup dalam suasan negri yang sedang berjuang
Kita berharap pohon penindasan dunia menjatuhkan roti terakhirnya
Oh duhai pejalan di kedai malam
Bukankah sepinya Gibran memuja gunung, laut, padang pasir
Lautan gerak manusia lebih kecil daripada sungai yang tenang
Bukankah Iqbl, bersemedi dengan qudi nya
Dan Himalaya menandai perjalanan hatinya
Tentang hiruk pikuk masa depan dalam kerangkeng penjajahan abad modern
Puisinya menjadi hiburan dalam gelak tawa para penindas dunia
Mari oh mari sahabat albaniaku
Kutunjukkan diri otentik dan kencangya kudaku
Berlari dalam api badan Ibrahim
Menerjang badai laut dengan tongkat Musa
Melawan amarah dengan dada Isa
Memandu karavan terakhir dengan logika, nurani dan tek suci Mustofa
“Modern” bukankah bukan Tuhan terakhir kita?
Jika kopimu mulai melayang
Oh sahabatku,..
Aku akan bertanya pada angin dalam mimpiku malam ini
Bagaimana sikap politik kita tentang kehidupan ini?
Nikmatilah aneka ketegangan hidup dengan ratapan
Rumah terindah adalah kesepian terakhir di dunia
Rumah abadi adalah menyaksikan polah tingkah kita
Hitunglah penyesalan nanti denga puisi yang terukur
Rahasia ramalan masa lalu adalah kaki pertama kita
Rahasia ramalan masa depan adalah kaki pertama kita
Kita hanya punya satu pintu, masa sekarang dengan aroma kesturi dan sayap jibril