Jika masyarakat barat memiliki Filsafat Politik,mungkinkah masyarakat muslim memiliki Filsafat Politik. Pertanyaan ini terjawab dalam Filafat Politik Farabi. Namun bagaimana kelanjutan dari proyek setelah Farabi. Mulla Sadra dengan Filsafat Transendensinya memiliki potensi untuk memberi jawaban akan kebutuhan landasan Filsafat Politik masyarakat Islam.
Jika anggapan diatas diterima, maka setiap peradaban dan sistem politik adalah hasil dari filsafat dan pemikiran politik, olehkarena itu harus ditanyakan: apa Filsafat Politik umat Islam ?. Olehkarena itu, Filsafat Politik yang muncul dari budaya Islam sangat dibutuhkan. Dengan demikian, kita perlu memandang penting kontinuitas sosial dan politik dari Filsafat Islam untuk menyelesaikan pertanyaan teoretis tentang politik dan untuk dapat mengkompensasi kekurangan dan membuka jalan bagi komunitas Islam untuk maju dengan membangun landasan politiknya.
Filsafat Islam memiliki banyak pasang surut dalam perjalanan sejarahnya dan, saat ini, perlu mengarahkan kembali pendekatannya terhadap fenomena terkini (kontemporer) dengan semua kerumitannya. Dapat dikatakan bahwa Filsafat Islam harus memiliki kontinuitas politik dan sosial sehingga dapat memiliki kehadiran yang jelas di masyarakat.
Dapat di katakan, Al-Farabi adalah pendiri Filsafat Politik Islam, tetapi setelahnya, Filsafat Islam tidak terlalu banyak berurusan dengan dimensi politik, sehingga masalah-masalah politik kurang mendapat perhatian. Namun sebenarnya, hal itu tidak terjadi pada era kontemporer. Para pemikir Muslim kontemporer telah berusaha mengatasi dimensi politik dan sosial Filsafat Islam. Murtada Mutahhari dan Allamah Mohammad Hosein Tabatabai adalah contoh, dua tokoh utama di negara Iran kontemporer yang berusaha menghidupkan kembali konsekuensi sosial dari Filsafat Islam.
Paska Revolusi Islam di Iran, masalah ini menjadi salah satu topik utama bagi para peneliti, banyak buku dan artikel telah ditulis, di antaranya adalah Filsafat Politik Mulla Sadra (Political Philosophy of Mulla Sadra). Buku ini adalah karya pengantar berisi masalah kontinuitas politik dan sosial Filsafat Islam dengan penekanan pada “Mulla Sadra’s Transcend Wisdom”. Buku ini juga berusaha untuk menghidupkan kembali dan menjelaskan bagian dari warisan Filsafat Politik Muslim dengan konsentrasi pada “Transcend Wisdom”.
Seseorang dapat mendekati Filsafat Politik Islam dalam tiga cara: 1. Menyimpulkan Filsafat Politik Islam dari prinsip-prinsip, dasar, persyaratan dan konsekuensi Filsafat Islam; 2. Memperoleh, merumuskan dan menjelaskan bahan-bahan Filsafat Politik dari karya-karya pendiri dan tokoh utama Filsafat Islam; 3. Membandingkan ide-ide para filsuf Muslim tentang isu-isu politik dengan aliran pemikiran lain. Cara ketiga mungkin tampak lebih efisien karena dengan pembandingan kekurangan dan keuntunganya dapat diungkapkan dan membantu Filsafat Politik Islam menjadi lebih kuat. Harapanya dapat berdialog dengan ide-ide yang beroposisi sehingga membantu muslim memperoleh kesimpulan yang lebih baik.
Filsafat Politik Mulla Sadra ditulis sesuai dengan cara kedua dan dengan tujuan untuk mengusulkan garis besar Filsafat Politik Mulla Sadra dan untuk menjelaskan beberapa elemen politik dari filsafatnya seperti kebebasan, keadilan, cinta, kebahagiaan, status nabi dan filsuf, hubungan antara syariah dan politik, dll. Kapasitas politik Filsafat Mulla Sadra, dalam buku ini, telah dibuktikan, yaitu Mulla Sadra memiliki Filsafat Politik dan Filsafat Politik ini dapat disebut “Filsafat Politik Transenden”.
Kapasitas Filsafat Politik Transenden dapat dibuktikan dengan perhatiannya terhadap “Etika” dan “hubungan antara Syariah dan Politik” sebagai dasar dari Filsafat Politik. Syariah, menurut filosof ini, adalah semangat politik dan doktrin menunjukkan pentingnya berurusan dengan politik. Bahkan, mengingat penyakit politik saat ini, solusi dan penyembuhan “Transcend Wisdom” adalah sebuah perhatian simultan terhadap Etika dan Syariah. Kebutuhan spiritual dan duniawi manusia, dengan resep ini, akan secara bersamaan dapat memenuhi ikatan khusus dan keterkaitan antara tubuh dan jiwa bisa tercapai.
Dengan demikian, berkenaan dengan peran mendasar Etika dalam Kebijaksanaan Transenden dan mengingat fakta bahwa Syariah dianggap sebagai jiwa politik dalam filsafat ini, kemurnian dan sublimasi akan diperoleh dengan perangkat Etika, Syariah dan Politik. Maka atas dasar filosofi semacam itu, menjadi religius, spiritual, dan etis.
Meskipun “Transcend Wisdom of Mulla Sadra” telah menjadi salah satu karya filosofis utama yang diajarkan di madrasah di Iran, tetapi bagian-bagian (dalam karya-karya seperti Shawahid al-Rububye, Mabda ‘wa Ma’ad) yang berisi ide-ide politik dan sosial. Isu-isu ini, karenanya, menjadi sebagai salah satu subjek penelitian utama setelah Revolusi Islam di Iran. Dapat dikatakan bahwa Mashhad kelima dari Shawahid al-Rubuye adalah hasil dari empat Mashhad pertama sebagai dua perjalanan pertama dari Asfar Arba’e (Empat Perjalanan) dan sebagai langkah awal untuk perjalanan ketiga dan keempat, tanpa yang ketiga dan keempat perjalanan akan gagal dan sia-sia.
Mempertimbangkan apa yang telah disebutkan sebelumnya, fokus tulisan ini adalah sekedar pengantar Filsafat Politik Mulla Sadra. Pentingnya topik ini adalah karena fakta bahwa “Transcend Wisdom of Mulla Sadra”, terlepas dari kekurangannya, adalah sekolah filsafat berkelanjutan yang diajarkan di akademi Iran. Jadi, menanyakan potensi sosial dari sistem filosofis dan teoretis Mulla Sadra diperlukan dalam satu penelitian independen dengan pertanyaan utama “apakah mungkin untuk berbicara tentang Filsafat Politik Transenden Mulla Sadra?”
Ada beberapa penelitian tentang ide-ide politik Mulla Sadra, tetapi tidak ada buku independen yang ditujukan untuk dimensi yang beragam dari filsafat politiknya. Politik sebenarnya secara umum mengandung Filsafat Politik, yurisprudensi politik dan teologi politik (Kalam).
Filsafat Politik Mulla Sadra mencoba menyajikan garis besar umum gagasan filosofisnya. Dapat dikatakan bahwa pekerjaan yang dilakukan sampai sekarang pada filsafat Mulla Sadra tidak pernah bertujuan untuk mengatakan bahwa Mulla Sadra telah menghadirkan Filsafat Politik. Akan tetapi, fakta itu ada pada fokus buku itu dan bisa disimpulkan bahwa Filsafat Politik dari Transcend Wisdom of Mulla Sadra dapat disebut “Transcend Political Philosophy”. Filsafat ini, menurut para ahli, adalah tempat di mana semua aliran pemikiran filosofis, teologis, mistis dan etis bersatu. (Oleh Muhammad Ma’ruf, Peneliti Pemikiran Barat dan Islam)