“Meski begitu ini bukan upaya pencocokan kebenaran fisika yang selalu berubah, dan kebenaran Al-Quran yang tidak berubah. Upaya ini anggap saja sebagai perenungan ciptaan Allah dengan bantuan data-data fisika, ujungnya kekaguman pada sang Haq.“
Islam dan Kosmologi
Dalam buku Islam’s Quantum’s Question pada bab 6, “Islam dan Kosmogi”, Guessoum menyimpulkan beberapa isu kosmolgi dari al-Quran; pertama, alam semesta diciptakan oleh Allah, dengan kekuasaan mutlak dan eksklusif. Tindakan penciptaan-Nya adalah salah satu karunia dan rahmat. Kedua, alam semesta diciptakan dengan suatu tujuan dan terus dipertahankan oleh Allah. Ketiga, kosmos ditandai dengan keutuhan, ketertiban dan kerukunan antar semua elemen dan peristiwa. Iqbal menyebutnya sebagai ‘Teori Balance’. Sedang Pada bab 7, Nidhal Guessoum mengajukan pertanyaan tentang bagaimana cara Tuhan sebagai arsitek menciptakan alam semesta; pertanyaan itu di antaranya; seberapa jauh dan besar struktur dari alam semesta, apakah bentuk (topologi, yaitu geometri) alam semesta?, apa isinya?, apakah alam semesta berubah dan bagaimana perubahan tersebut, berapa umur alam semesta, apa akhir (nasib) alam semesta?, apakah ada alam semesta lainnya?. Pertanyaan-pertanyaan ini dijawab oleh kosmologi dengan membangun investigasinya dari dua besar pilar:
1. Berpijak pada teori relativitas umum Einstein (teori geometris gravitasi) dengan beberapa asumsi dasar seperti prinsip kosmologis (bahwa alam semesta secara global seragam dan isotropik).
2. Melalui pengamatan, yang telah menjadi lebih kaya dan lebih beragam dari dulu sejak penemuan pengembangan alam semesta, penemuan radiasi gelombang mikro kosmik (penciptaan energi paling awal/ radiasi), dan pengukuran unsur-unsur utama pembentuk alam semesta (hidrogen, deuterium, helium dan lithium).
Menemukan Awal Waktu
Setidaknya pertanyaan isu komologi Islam yang diajukan Guessoum bisa dijawab dengan sedikit merenungkan ayat Al-Quran yang berbicara fokus pada periode penciptaan alam semesta pada surat Fushilat (41) ayat 9-12. Bunyi ayat ini bisa disinkronkan dengan teori fisika. Oleh karena itu setidaknya dibutuhkan dua keahlian sekaligus, pengetahuan tentang makna lafad, kedua pengetahuan tentang ilmu pengetahuan alam berkenaan dengan ayat tersebut. Kita perhatikan bunyi surat Fushilat (41) ayat 9-12:
“Katakanlah: “Sesungguhnya kamu ingkar kepada yang menciptakan bumi dalam dua periode dan kamu jadikan bagi-Nya sekutu? Itulah Tuhan alam semesta.” Dia menjadikan peneguh (rawasiya) dari atasnya, dan atasnya, dan Dia memberkahi serta menentukan kadar daya penjagaanya (aqwat) dalam empat periode. (Rawasiya itu) sama bagi mereka yang mempermasalahkan (meneliti alam semesta). Sesudah itu Dia berkuasa kepada langit yang masih asap (partikel-partikel mikro, lalu bersabda kepada langit dan kepada bumi: “Datanglah kamu berdua dengan sukarela atau terpaksa, “”Kedua-duanya (langit dan bumi) menjawab; “Kami datang dengan sukarela.” Dia mengubah tujuh langit dalam dua periode dan mewahyukan kepada setiap langit urusanya. Dan Kami hiasi langit dan dunia dengan pelita-pelita dan perlindungan. Itulah takdir Yang Mahaperkasa lagi Maha Mengetahui.”
Surat Fushilat ini menjelaskan bahwa langit dan bumi tercipta secara bersama-sama (ayat 11), maka dua periode penciptaan langit (ayat 12) identik dengan dua periode penciptaan bumi (ayat 9), dan dua periode penciptaan langit dan bumi berlangsung sesudah empat periode penciptaan rawasiyat (ayat 10) dan ayat 11 dihubungkan oleh kata tsumma (kemudian, selanjutnya, sesudah itu). Jadi, enam periode penciptaan alam semesta dapat diperinci menjadi empat periode penciptaan peneguh (rawasiya) dan dua periode penciptaan materi (langit dan bumi).
Bila diterjemahkan dengan penjelasan fisika modern, konon suhu alam (10 pangkat 28 K) dimiliki alam semesta ketika berusia 10 pangkat -35 detik( seperseratus milyar triliun trilun detik sesudah waktu nol). Sedangkan gaya grafitasi dipersatukan dengan gaya yang lain (superunification theory) , pada suhu alam 10 pangkat 32 K (seratus juta trilun trilun derajat), saat suhu alam semesta ketika berusia 10 pangkat -43 detik (sepersepuluh juta trilun trilun detik sesudah waktu nol). Pada saat waktu nol, kita akan mendapati keadaan “singularitas”, keadaan tiada ruang dan waktu. Saat itulah pertanyaan dimana dan bagaimana seperti pertanyaan apakah dan dimana utara, ketika berada di kutub utara. “Dialah Yang Awal dan Yang akhir (tiada terikat waktu), serta Yang lahir dan Yang Batin (tidak terikat ruang). Dia Maha Mengetahui atas segala sesuatu “(Qs. Al-Hadid (57) : 3).
Tepat pada waktu nol, dengan perintah Allah “Kun (jadilah) maka terciptalah ruang dan bermulalah waktu melalui proses big bang. Allah memakai kalimat kun fa yakun (jadilah, maka jadi) dalam bentuk present atau fi’il mudhori’, dan tidak pernah kita jumpai dalam bentuk past tense atau fi’il madhi. Ini membuktikan suatu proses evolusi bahkan sampai sekarang “Dia menambahkan pada penciptaan-Nya apa yang Dia kehendaki ” (QS. Fathir 35:1). Sehingga poinya adalah ketika waktu dan ruang sudah di temukan, maka 6 periode penciptaan Allah bisa dijelaskan dengan hukum fisika.
Proses perkembangan selanjutnya adalah masa setelah periode penciptaan keenam, dimana proton dan netron mampu bergabung membentuk inti atom. Menurut perhitungan, atom baru tercipta saat alam semesta rata-rata bersuhu 10 pangkat 4K pada saat 500.000 tahun sesudah waktu nol (time zero) saat terjadi big bang. Sebelum itu alam semesta hanya kumpulan inti atom dan elektron-elektron, yang belum mampu bergabung membentuk atom, sebab suhu masih terlalu tinggi. Dengan demikian setidaknya berdasarkan hukum hukum fisika efek Doppler, alam semesta sekarang berada dalam keadaan berkspansi (mengembang), tentunya masa silam lebih rapat. Menurut hipotesa George Gamow alam semesta berpadu dalam dalam tingkat kepadatan yang tidak terhingga(infinite density) lalu dengan proses dentuman besar (big bang) terciptalah alam semesta.
Bisa ditarik kesimpulan sementara, setidaknya bila kita menafsir pencipataan alam dengan surat Fushilat (41) ayat 9-12 dan diselaraskan dengan teori fisikia modern, terdapat satu perenungan bahwa alam semesta diciptakan dalam sebuah evolusi panjang, mulai dari dentuman besar, awal waktu sehingga tercipta materi dan ruang, dan setelah itu baru mahluk hidup.Meski begitu ini bukan upaya pencocokan kebenaran fisika yang selalu berubah, dan kebenaran Al-Quran yang tidak berubah. Upaya ini anggap saja sebagai perenungan ciptaan Allah dengan bantuan data-data fisika, ujungnya kekaguman pada sang Haq. (M.Ma’ruf)
Selasa, 2013 Januari 22 11:28