Fenomena Aryanto Misel, sang penemu NIKUBA dari Cirebon menarik dikaji. Cara para ilmuan kampus dan BRIN merespon temuan Misel sangat bagus dijadikan diskursus positif. Antara pentingya justifikasi saintifik dan tahapan penemuan. Antar klaim kebenaran ilmu alam dan hasil experimen.Kesuksesan akhir dari proses saintifik, hak paten dan produksi industri masal menjadi mimpi para ilmuan dan penemu ilmu alam-kehormatan dan kekayaan dari hak paten. Misel yang merasa di cemooh oleh BRIN perlu di teliti, ada apa dengan BRIN dan Misel ?.
Dua orang hebat ini, Laksana Trihandoko dan Aryanto Misel sejauh ini belum pernah ketemu. Tepatnya Handoko adalah wakil sempurna ilmuan Fisika Partikel dan penemu. Pernah kuliah di ITB selama beberapa bulan. Melanjutkan studi ke Kumamoto University di Kumamoto, Jepang. Tahun 1993 ambil program master di Hiroshima University, doktoralnya di bidang teori fisika partikel atau fisika energi tinggi pada tahun 1998.
Menjadi peneliti di lembaga-lembaga penelitian dunia seperti The Abdus Salam International Center for Theoretical Physics ICTP di Trieste Italia. Deutsches Elektronen-Synchroton (DESY) di Hamburg Jerman, serta Department of Physics – Yonsei University di Korea Selatan. Humboldt Fellow sejak 1999, serta ICTP Simons Associate periode 2014-2019. Handoko mewakili “wong besar”, Ketua Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) Indonesia. Kekuasaanya setaraf Menteri, denyut progres produksi pengetahuan anak bangsa langsung dilaporkan kepada Presiden.
Sementara Misel seorang penemu dan pecinta sains Fisika dan Kimia. Praktis hanya mengantongi jazah SD, ijazah SMP terbakar, SMA tidak diselesaikan. Misel mewakili “wong cililk”, penemu dan semi ilmuan tradisional. Tidak ada jurnal yang diproduksi dan tidak jelas berapa jumlah sitasinya. Inilah yang menghambat Misel di terima di kalangan ilmuan alam (kelompok ‘peer’) dan kesulitan menjual hak patenya dengan harga layak.
Karir mandiri Misel sebagai penemu sejak 1986 hingga 2023. Karyanya sudah mencapai 120 produk penemuan. Mulai dari penghemat BBM, pembunuh kutu, pengusir tikus, bahan aspal penyerap air, baju anti peluru dari serabut kelapa seberat 4 kg dari biasanya 15 kg, pemadam kebakaran dari kulit singkong yang bisa memutus mata rantai pembakaran bukan dengan menutup oksigen, penghilang tumpahan minyak di laut dll. Perusahaan Jepang, Hongkong dan Singapura sudah membeli dan memproduksi masal dan di pasarkan di Eropa. Sudah 8 item terjual ke Hongkong.
Hasil otodidak Misel sudah berhasil (link and match) kontak dengan industri luar negri, bahkan produknya yang diproduksi industri Jepang di beli lagi orang Indonesia. Misel tanpa tulisan jurnal yang bereputasi internasional, tapi Misel memproduksi kebutuhan Eropa, para petani, mahasiswa, kolega terdekatnya. Misel dicintai masyarakat kelas atas dan bawah. Orang-orang sering datang berdiskusi ke rumahnya tentang sains dan penemuan tanpa rujukan jurnal hingga pagi.
Sejauh yang terpantau media hingga saat ini artikel ini di tulis. Handoko sebagai Ketua BRIN mengaku sudah mengirim tim untuk asesmen “NIKUBA” karya Aryanto Misel dari Cirebon perlu penelitian lebih lanjut. Tapi Misel mengaku belum pernah ada orang BRIN yang datang kerumahnya selama setahun terakhir. Belum pernah ada ilmuan BRIN mencoba alat produksi NIKUBA bikinanya, tapi pernah mencoba alat serupa sebelumnya punya orang lain. Tapi yang mengejutkan Misel, ada orang BRIN yang sebelum kontra dengan hasil temuanya, mendadak ada di italia dan akan menjadi bagian dari tim.
Sejauhmana BRIN sudah melakukan assesmen ?. Asesmen (assessment) menurut google “upaya untuk mendapatkan data/informasi dari proses dan hasil pembelajaran untuk mengetahui seberapa baik kinerja mahasiswa, kelas/mata kuliah, atau program studi dibandingkan terhadap tujuan/kriteria/capaian pembelajaran tertentu”. Jangkauan Asesmen BRIN sepertinya hanya sampai pada memantau secara teoritik. Bergelut pro kontra di tingkat media.
Sementara Tim Ducati dan Ferrari serta Lamborghini melangkah lebih berani, lebih antusias, lebih dari sekedar asesmen teoritik. Bahkan memantau dan membawa peralatan sendiri untuk mengetes NIKUBA di Cirebon.
Tiga perusahaan otomotif Italia itu memutuskan mengundang Misel ke Italia untuk melakukan uji coba dan presentasi di laboratorium Ferrari. Ketiga perusahaan otomotif itu menjalin kontrak kerja dengan Misel. Tim italia meminta Misel untuk membongkar dan menghidupkan alat bikinan orang Romania yang sebelumnya gagal menggerakan motor. Misel tidak mau membongkar dan hanya memberikan 50 persen resep untuk kepentingan menghidupkan mesin, belum untuk menjalankan motor, karena belum ada kompensasi yang jelas. Misel berharap jika perusahaan otomotif Italia kembali ke Cirebon pada bulan Agustus, langsung membeli ilmunya seharga 15 M. Misel mengaku agak kecewa di italia tidak langsung bicara kompensasi.
Antara skeptisisme ilmiah dan dogma ?
Sekali lagi, BRIN memutuskan cukup tahap assemen teoritik. BRIN bersikukuh, NIKUBA tidak bisa dibuktikan secara ilmiah, hidrogen berbahaya sebagai bahan bakar karena mudah terbakar, NIKUBA sifanya hanya komplementer membantu irit konsumsi BBM (fuel saver). NIKUBA bukan pengganti BBM, dan BBM tetap digunakan. Teknologi hidrogen, teknologi lama yang tidak efektif untuk menggerakkan kendaraan. Air tidak bisa menjadi bahan bakar efektif, lantaran pemisahan Hidrogen lebih memakan energi dibanding menghasilkanya. Pemakain alat Elektrolisis membutuhkan energi yang sangat banyak untuk mengubah air menjadi bahan bakar.
Intinya BRIN bergulat dengan dogma ketidakmungkinan dan keraguan air bisa secara langsung menjadi bahan bakar. Miselpun sebenarnya tidak melakukan klaim air bisa langsung bisa menjadi bahan bakar kendaraan. Misel melakukan klaim experimen, bahwa 1 L NIKUBA mampu menggerakan kendaraan dari Cirebon ke Semarang PP, sejauh 238 KM PP. Tetapi Misel tidak dan tidak mampu membuat klaim ilmiah bagaimana cara menghitung operasi Fisika dan Kimia hasil klaim experimenya.
Misel juga mengaku melakukan proses tahapan Elektrolisis menggunakan experimen dan petunjuk instingtual semi ilmiah. Suatu tahapan proses kimia yang mengubah energi listrik menjadi energi kimia. Melakukan proses elektrolisis, memisahkan molekul air menjadi gas hidrogen dan oksigen dengan cara mengalirkan arus listrik ke elektroda tempat larutan elektrolit (air dan katalis) berada.
Tidak ada yang salah dengan dengan Handoko, fisikawan BRIN dan para ilmuan kampus dalam merespon NIKUBA produk Misel. Mereka butuh angka pasti berapa energi yang di butuhkan untuk mengubah air menjadi hidrogen, dari sumber energi apa, bagaimana tingkat keamananya, sampai kapan aki tidak akan terbakar selama hidrogen jadi bahan bakar. Deret keraguan ini adalah wajar. Apalagi belum pernah ada di dunia ini hidrogen efektif sebagai bahan bakar pengganti BBM.
Dengan jujur Misel tidak bisa menghitung hingga angka pasti berapa energi di butuhkan untuk mengubah air menjadi hidrogen, tapi Misel meyakini besar energi yang di butuhkan tidak sebesar data dari ilmuan kampus. Misel melakukan percobaan selama lima tahun, bahkan sudah memulai sejak tujuh tahun silam. Dua motornya terbakar. Tapi hasil experimen, akhirnya NIKUBA berhasil menggerakan pulahan motor milik Kodim.
Misel mengandalkan secara mendalam pemahaman unsur, sifat dan karakter Kimia. Misel mungkin tidak mampu menulis rangkaian pikiranya dalam bentuk tulisan jurnal seperti berikut; “Proses elektrolisis Nikuba yakni penguraian senyawa air (H2O) menjadi oksigen (O2) dan hidrogen gas (H2) dengan menggunakan arus listrik. Dalam proses tersebut, dua molekul air bereaksi dengan menangkap dua elektron, tereduksi menjadi gas H2 dan ion hidrokida (OH-). Pada anode, dua molekul air lain terurai menjadi gas oksigen (O2), melepaskan 4 ion H+ serta mengalirkan elektron ke katode. Ion H+ dan OH- mengalami netralisasi sehingga terbentuk kembali dalam molekul air.
Gas hidrogen dan oksigen yang dihasilkan dari reaksi ini membentuk gelembung pada elektrode dan dapat dikumpulkan. Dari hidrogen yang terkumpul tersebut kemudian dapat digunakan sebagai bahan bakar kendaraan hidrogen yang disalurkan ke ruang bakar untuk menggantikan bahan bakar fosil. Nikuba mampu digeber kendaraan hingga 50 km hanya setetes air. Dalam 1 liter air yang ditampung tabung, Nikuba akan mengonversi air menjadi hidrogen secara kontinyu”.
Tapi pada akhirnya Kodim Siliwangi Cirebon membeli NIKUBA karena sudah “proven” di gunakan, tidak terjadi apa apa, bukan karena baca tulisan jurnal Misel yang lolos Scopus. NIKUBA di instal di 30 unit motor Dinas milik Kodam III Siliwangi. Dari tahapan menghidupkan dan menggerakkan motor Misel berhasil. Tapi sampai berapa lama mesin tahan digunakan, belum teruji. Satu hal yang penting, para prajurit Babinsa telah mengamankan dan menjaga moral ilmiah sang penemu, Misel.
Kontek tahap penemuan dan justifikasi saintifik.
Disinalah Misel bermental seorang penemu, seorang inovator yang dicari BRIN. Misel sudah masuk kategori “Context Of Discovery” di tingkat experimen pada tahap tertentu, tapi belum masuk kategori “Context of Justification”. Jelas Misel tidak mampu membuat rancang gambar mesin NIKUBA, membuat rentetan hitungan fisika dan kimia yang rumit, sistematis, hingga produk akhir seperti diharapkan Handoko, ilmuan BRIN dan kampus.
Misel menggunakan “feeling”, mencoba, gagal, mencoba, seterusnya hingga lima tahun. Misel langsung secara instingtual membuat desain mesin kecilnya, mencampur bahan kimia apa saja yang masuk akal (tercatat secara ilmiah), tanpa tahapan pencatatan takaran dan rangkaian rumus fisika teori secara sistematis seperti Albert Einstein. Kekuatan Misel ada di ekperimen tanpa mengindahkan dan terbebani prosedur ilmiah yang suci, pegangan para ilmuan konvensional.
Jika menggunakan prosedur ilmiah fisika, kimia dan matematika yang benar, mungkin Misel tidak menemukan NIKUBA. Dengan jujur Misel mengaku ijazah SMA nya ilang, ijazah SMPnya terbakar. Praktis secara legal Misel seorang lulusan SD. Nilai rapot teori Matermatika, Fisika, Kimia Misel juga belum ketahuan berapa. Apakah merah atau hitam.
Tapi, NIKUBA hasil temuan Misel adalah rintisan awal fenomenal untuk ukuran lulusan SD. Untuk sampai pada pembuktian ilmiah dan skala produksi masal, idealnya para ilmuan konvensional dan BRIN secara kolaboratif tinggal meneruskan dan membantunya secara maksimal. Baik secara moral dan budget berlimpah dari BRIN. Misel mengaku butuh diayomi bukan di hujat, di cemooh oleh BRIN. Industri sebenarnya primernnya butuh produk teruji hingga laku di jual dan Misel terbuka hasil resepnya pun di uji di laboratorium.
Jika berhasil dalam skala industri besar, maka nama Misel akan setara dengan Thomas Alva Esdison, sang penemu lampu. Jika hanya skala industri terbatas dan kecil, Misel tetap akan menjadi seorang penemu dan pecinta sains yang terhormat. Bahkan jika gagal sekalipun untuk ukuran industri dan dimata ilmuan konvensional. Misel akan menjadi penemu dan ilmuan tradisional terhormat. Tidak dengan NIKUBA, tapi penemuan lain.
Misel bukan Fisikawan dan Kimiawan, tidak memiliki gelar akademik yang relevan. Tapi tidak membuat Misel putus asa menjadi peneliti dan penemu. Dia ingin dihargai, dirangkul sebagai penemu dan pecinta ilmu alam.
Misel sekali lagi tidak menemukan atmosfir kehangatan, kehormatan sebagai peneliti dan penemu dengan ilmuan dan birokrat BRIN karena bukan dari kalangan akademisi konvensional dengan persyaratan ketat. Tapi Misel menemukan kehangatan ilmiah dengan para prajurit Babinsa di Cirebon, PT Oktagon Indonesia dan perusahaan asing.
Misel berhasil meyakinkan Ducati dan Ferrari serta Lamborghini setelah Aryanto Misel diundang untuk melakukan uji coba ke Italia. Karya NIKUBA Aryanto telah mengantongi hak paten dengan nomor DID2022054964 kode kelas 9.
Sekali lagi BRIN terlambat mengundang Misel, dan Misel tidak mau diundang BRIN karena sudah merasa di cemooh. Maksud Misel mungkin experimenya minta tolong di bantu justifikasi secara teori dan dana experimen. Tapi Misel tidak butuh BRIN menurut pengakuanya. Bisa jadi Misel tidak nyaman dengan teori, berbagai tuntutan ilmiah dan jadwal, karena teori bagi Misel sekedar informasi awal saja, selebihnya maju terus pantang mundur. Banyak experimen terus menerus, gagal, uji lagi, gagal, uji lagi. Begitulah Misel, mengaku memaknai aktifitasnya seperti seniman. Semangat itu ditangkap secara tepat oleh Kodim Siliwangi, mengajaga moral karya anak bangsa. Misel merasa kehangatan hubungan ilmiah dan keamanusiaan dengan kesatuan militer negara bukan BRIN yang sama sama dari rahim negara.
Misel memberi nama NIKUBA disingkat niku banyu (itu air) memberi pesan, ..iya betul, air bisa gantiin bensin. Pesan kerendahan hati dari Misel bahwa dia mampu menemukan. Mimpi besar yang akan mengubah dunia, air menggantikan bensin. Sebagaimana mimpi besi bisa terbang 1903, oleh dua bersaudara Orville dan Wilbur Wright. Mimpi Nikolaus August Otto, tahun 1864 yang berhasil menemukan bensin sebagi bahan bakar.
Terimakasih TNI satuan Penerangan Kodam (Pangdam) III Siliwangi Cirebon. Kodim Siliwangi Cirebon sebagai penjaga ketahanan moral ilmiah karya anak bangsa. Terima kasih kepada. Mr. Enrico (perwakilan dari Ducati Italia) & Mr. Corrado (Perwakilan dari Ferrari Italia). Terima kasih pula terkhusus kepada Immanuel Hutapea & Sumardi yang telah mensuppot secara nyata karya-karya pak H. Aryanto Misel sehingga akhirnya terhubung dengan pihak Ducati & Ferrari Italia.
Mohon maaf dengan tulus kepada pak Handoko, para ilmuan dan birokrat BRIN. Kepada Arifin Nur, peneliti laboratorium motor bakar BRIN. Keputusan tim BRIN untuk tidak menguji alat pak Misel sejak dini sepenuhnya salah hanya karena preseden alat serupa sebelumnya. Semestinya pak Handoko dan tim BRIN yang mendampingi pak Misel ke perusahaan otomotof ternama di italia. Sehingga hak paten NIKUBA Misel terlindungi dan mendapat kompensasi yang layak. Jangan sampai hanya di contek.
Terkadang kita perlu berpikir, tidak penting penemuan itu datang dari siapa, bagaimana menjelaskanya, tapi segeralah menguji secara langsung produk temuan rakyat, jika teruji pada tahap tertentu, bantu semaksimal mungkin masuk pada tahap berikutnya, hingga klaim experimen terbukti sempurna pararel dengan teori yang tersedia. Jika teori macet, perlu penelitian teori. Tidak semua ekperimen harus tergambar jelas dalam bentuk bentuk pengetahuan di depan. Hal yang terpenting lagi, hibahkan segera dana ratusan, milyaran dan trilyunan rupiah kepada para Misel Misel yang lain. (Oleh Muhammad Ma’ruf)