Banyak orang berbicara tentang masyarakat toleran dan intoleran. Lalu berusaha menghilangkan intoleransi dengan semangat inklusif lawan dari eksklusif. Tapi apa sih inklusif itu, sehingga menjadi senjata andalan melawan intoleransi.
Inklusif-eksklusif adalah istilah yang diperkenalkan untuk menyelesaikan problem pluralitas. Bahwa manusia faktanya beragam dan menginginkan situasi toleran, penghargaan yang tinggi terhadap pilihan yang berbeda.
Inkusif artinya terbuka, mengakomodasi minoritas sebagai lawan dari sifat mayoritas yang cenderung intoleran. Ekslusif artinya tertutup, menutup pintu kemungkinan kelompok lain berdiri sejajar dengan kelompok mayoritas, akomodatif hanya untuk kelompoknya saja.
Jadi inkusif dan eksklusif adalah suatu sikap menghadapi keberagaman. Cukup mudah dipahami tapi sulit di laksanakan di lapangan. Problem utamanya karena fanatisme agama, suku, ras, golongan dll. Di indonesia, problem utama karena kedewasaan dalam beragama kurang.
Beragama tidak dewasa karena rasionalitas beragama dibelenggu akibat beredarnya paham agama yang dangkal, masif, dan tak terbendung akibat liarnya medsos dan suasana demokrasi tanpa batas.
Jadi, parahnya, sikap eksklusif ini adalah pra kondisi persekusi, main hakim sendiri, bully, ujaran kebencian, pengkafiran, fatwa dan pembunuhan. Jadi eksklusif tidak hanya sikap sosial lumrah, kategori sosiologis karakter masyarakat, tapi parasit, musuh masyarakat yang memiliki atribusi positif.
Dalam kontek eksklusifisme dalam Islam, khawarij adalah gen asli manusia muslim yang memiliki kapasitas mencerna yang rendah. Bodoh, tidak tahu bahwa dia bodoh, merasa pintar, bodoh rangkap. Paradoknya, bisa seorang penghapal alquran, jidat hitam, shalat malam dan puasa rajin. Memahami agama dari dirinya sendiri, fanatik seolah tanpa batas dirinya dengan Tuhannya. Tampilan agama dari hawa nafsu. Bedakan dengan tampilan luar dan dalam beragama yang sholeh, dalam, dingin, cerdas, penuh cinta, rasa hormat yang tinggi dan tentu saja inklusif.