Di Bibir Fana

 

Kini aku berdiri di bibir fana
Tepi-tepi akal akan pulang
Burhan shidiqien ampuh pisahkan lapis-lapis penetapan
Ibnu Sina, wahai filsufku, kau jabarkan Aristoteles dengan benderang akal
Semoga kau senang bersemayam disana

datang kemudian filsuf keduaku, Shurowahdi
dengan filsafat cahaya nature sebab-akibat bertingkat sempurna
aku menikmati gelang cahaya,…
melingkar-linkar sempurnakan akal universalku, sempurnakan aneka akal partikularku

kini kutahu Tuhan menyempurnakan kegelapan bodoh manusia
ya Allah yang Maha dari segala Maha
anugerahMU semoga tercurahkan selalu pada nabiku,dan wakil-wakil pemangku rahasia
keajaibanmu kau hadirkan Sadr Mutaalain,…
engkau filsuf yang mengubahku, memotong habis tabiat-tabiat burukku

melalu cahaya al-haqq, kata-kata Sadra membius kecil jiwaku
perlahan sempurnakan kerdilnya akalku
dengannya aku mengenal Tuhan perlahan-lahan

kutahu persis dimana aku berdiri
disana ahadiah, tempat segala tauhid diwujudkan,..
jalanya tipis, seperti benang di alam shirotol mustaqien
sedikit tergelincir, murni tauhid jadi syirik

pekerjaan paling sulit adalah tidak menjadi syirik
bagaimana menjalani hidup bersama selain-Nya sekaligus hanya fokus pada wajah-Nya

kusadar dimana wahidiyah, tempat keanekaan terpecah-pecah
tempat sebelumnya Tuhan ciptakan bukan ruang waktu
darisana nama-nama Tuhan menyangga dunia ini
irodah, ilmu, kehidupan menjadi kendaraan mempresepsi jiwa

oh kau yang dirindu para pecinta,datanglah nama yang disebut fana, wujudkan sekarang juga