Berpikir ala Barat dan Islam

Pelajaran hari ini adalah mengevaluasi perbuatan dan pikiran. Banyak filsuf barat tergelincir oleh pikiranya sendiri (subjektifisme), tapi jarang tergelincir sekaligus perbuatanya. Filsafat barat akibat gema “free value” sedikit banyak berpengaruh pada pola berpikir minus pertimbangan perbuatan. Perbuatan seolah tidak menyatu dengan pikiran. Atau akal teoritis dan praktis dihukumi secara terpisah atau bahkan tanpa ada hubungan. Dalam bahasa Imanuel Kant, metafisika dan agama, diluar kategori ruang waktu dan pengalaman manusia. Karenanya dia menjadi pengetahauan“nomena”. Segala yang bisa diakses bernama pengetahuan “fenomena” dengan operasi 12 kategori. Diluar 12 kategori yang bisa diakses karenanya disebut apriori. Sedang wilayah operasi pengalaman dan sejarah pikiran manusia bernama pengetahuan fenomena. Pikiran mampu menentukan tindakan etis, tapi tindakan etis terpisah dari dunia rasionalitas metafisika. Rasionalitas metafisika tidak pernah bisa sinkron dengan rasionalisme empiris.

Secara umum, dalam fenomena Filsafat Barat banyak terjadi fluktuasi dari satu aliran menuju aliran berikut secara ekstrim tanpa ujung pangkal, seolah keabadian relatifitas memperoleh pembenaran. Disamping itu karakter Filafat Barat kontemporer yang merembes ke dunia sosial sedikit banyak akibat menganut subjektifisme Hegel dan fenomenologi Husserl dan memperoleh pijakan historis oleh kaum sofis Yunani menjadi bahan perayaan anek deret subjektifisme.

Berbeda dengan Filsafat Islam, bermula dari provokasi nas untuk berpikir juga cara berpikir Yunani memprovokasi cara memahami agama, penuh dengan “full valued”. Sebagian banyak “all about religion” adalah perbuatan, karenanya berpikir bermakna imperatif. Berpikir artinya secara nature berkonsekuensi pada perbuatan.

Berpikir dalam tradisi Islam juga terkadang bermakna lepas sama sekali dengan pengetahuan dan kesadaran manusia, sehingga berpikir disini dimaknai sebagai sebuah informasi awal segala proses berpikir berawal, akan tetapi tanpa membandingkan dengan yang lain. Jika sudah ada upaya aktif membandingkan (kata kerja) artinya tidak paling awal dan pasti tersentuh ruang dan waktu. Olehkarenanya status berpikir paling awal ini adalah ciptaan, yakni akal adalah mahkluk ciptaan pertama Tuhan dan tak tersentuh ruang dan waktu manusia.

Segala cerita tentang proses berpikir (kata kerja aktif), dimaknai sebagai kerja akal awal paska kenabian. Pelakunya bisa filsuf atau manusia awam yang menggunakan segenap potensi intuisi akalnya. Akal bisa diolah dan dipisah kedalam tata kelola logika tapi akal naturnya adalah fitrah eksistensial, karenanya bermakna intuitif. Akal intuitif ini seperti hal yang badihiat (sef evident), seperti pengetahuan tentang kesadaran, jiwa, dll. Sedang akal filosofis dan logis bermakna segala pengetahuan yang sudah dalam bentuk proposisi (tasdiq).