Amarah dan sejarah
05/01/2018
Awan gelap
Mendung terus menguntit di belakang
Gagak terbang melintas dari gedung ke gedung
Kemarahan adalah tabiat buruk
Benarkah ?
Mari buka pagi dengan politik
Kenikmatan bernama kekuasaan
Usianya ribuan,..
Lihat puing puing Romawi
Kita bisa susuri di Yordania
Petra, dan arena Gladior di timur Aman
Saksikan 600 tahun lebih kekuasaan Romawi
Sebelum Yesus lahir ke dunia
Para penyembah Apolo, Yupiter dan aneka dewa
Membenarkan nikmat kekuasaan dan kekejaman
Mari bertanya
Adakah hubungan sembahan banyak dewa dan kekejaman ?
Ya ….
Rakyat menderita dipaksa menyembah patung buatanya
Itulah penderitaan sesungguhnya
Hingga para penyembah satu Tuhan datang
Kecil kecil di awal, kemudian berubah menjadi kekuatan dan kekuasaan
Romawi sang penyembah dewa berganti
Kerajaan Kristen sang penyembah satu Tuhan berjaya
Zaman mendidih,…
Masalah tak kunjung reda
Kekuasaan Tuhan dan Kekuasaan manusia
Bercampur aduk bak benang kusut
Datanglah renaisan Eropa
Agama di tekuk dan tunduk
Kekuasaan dunia dimurnikan dari kekuasaan Tuhan
Pengetahuan di murnikan dari pengetahuan Tuhan
Mari bertanya, bisakah?
Air sunami zaman penipuan datang kembali
Bila ada kekuasaan Tuhan di aktifkan di dunia modern
Segera berubah jadi teroris
Kekuasaan manusia menaklukan para gembala bodoh
Pesta pora di tabuh kencang
Darah menggenang di kaki para bangkir dan rentenir dunia
Datanglah zaman post post post modern bertanya dengan malu
Sampaian kapan kekuasaan nafsu manusia terus berpesta
Menguasa dunia, para penyembah satu dan banyak Tuhan
Bilakah kekuasaan Tuhan dapat menguasai dunia kembali ?
Tentu doa kita bersama para gembala sesungguhnya
Oh duhai sejarah saiklik,…
Yang atas jatuh kebawah
Yang bawah naik ke atas
Dimana kebebasan mencetak sejarah
jika ketentuan sudah ada?
Oh wahai amarah,….wahai kekuasaan
Bagaimana cara terbaik
Mengelola amarah, kekuasaan, pengetahuan manusia
Agar berjalan di bawah hidayah kekuasaan Tuhan
Bila tidak?
Kekuasaan Tuhan jadi pajangan kenangan manusia
Zaman Tuhan,….ketika mesiah datang kembali
Api zaman pastilah meleleh
Waktu tak membingungkan kembali
Di depan kaca sejarah
Rumah kebadian datang menggantikan