“Nampak mimbar dari batu berdiri tempat moderator memimpin pertumpahan darah, area pertempuran sekitar 300 meter, di depan podium, pintu-pintu pendek berjajar, lengkap dengan lobang kecil tempat berteriak. Pemandangan ini persis seperti dalam film Gladiator.”
Jumat 6 April, warga Amman berlibur, jalan-jalan di sekitar tempat kami tinggal lengang. Siang hari, dua warga Indonesia berkunjung ke tempat kami, dan setelah minum teh sejenak, mereka menawarkan untuk mengunjungi tempat bersejarah zaman Romawi kuno, Albalad. Dari tempat kami tinggal daerah Wakalat menuju lokasi, ditempuh sekitar 20 menit. Tidak sepert lazimnya di Indonesia, taxi bisa ditumpangi empat orang, akan tetapi di daerah Amman, taxi hanya menerima maximal 3 penumpang, sehingga kami berempat harus menggunakan 2 taxi.
Gedung-gedung yang kita lalui sepanjang perjalanan terlihat tua. Sekitar 5 menit, kami melalui jalan lingkar, circle 3, sebuah petunjuk jalan di Amman, dimana ada sekitar 1-8 cicrle di daerah sekitar Amman.
Sepanjang perjalanan, Munir bercerita tentang ekonomi Amman secara sekilas. Munir adalah mahasiswa Indoesia yang sudah tinggal di Jordan selama 7 tahun. Pria yang masih lajang ini lulusan jurusan Ekonomi Islam ditempuh sampai dengan 4 tahun, dan sekarang sedang menyelesaikan di program studi yang sama.
Selain sibuk dengan kuliah, Munir juga bekerja di bagian protokoler KBRI selama kurang lebih 1.5 tahun. Hari-hari Munir selain kuliah selalu disibukkan dengan acara protokoler, mulai menjemput para tamu, juga acara-acara seremoni di kedutaan.
Kata Munir, kehidupan di Amman cukup mahal sehingga mempengaruhi biaya kuliah di Amman, dari 80 mahasiswa Indonesia yang bersekolah di Amman, hanya 12 orang saja yang dapat biasiswa, maklum seleksinya sangat ketat. Bagi yang beruntung dapat beasiswa, per mahasiswa S1, S2, mendapatkan 400 USD, sedang biaya hidup dan makan bisa diakali dengan cara patungan. Tentu saja yang tidak mendapatkan beasiswa sangat berat, karena satu mata kuliah harus membayar sekitar 300-400 USD.
Ekonomi jordan ini aneh kata Munir, relatif stabil, Jordan tidak mempunyai minyak seperti negara-negara timur tengah, hanya mengandalkan ekspor pospat (bahan pupuk), wisata; laut mati dan Petra. Tiap tahun wisatawan yang berkunjung ke Jordan sekitar 15 juta. Petra adalah salah satu 7 keajaiban dunia, tempat wisata yang banyak diminati wisatawan luar.
Petra adalah sebuah lanskap industri kota kuno, banyak bangunan diukir pada batu-batu yang berumur sekitar 2000 tahun silam. Jika kita berkunjung ke tempat ini, kita akan diajak berziarah ke rute perdagangan masa silam, sutra, rempah-rempah dan komoditas lain, menghubungkan para pedagang dari China, India, Arab bagian Selatan, Mesir, Siria, Yunani dan Roma. Namun sejak abad 16, Petra terputus dengan barat.
Setelah perjalanan kurang lebih 20 menit, sampailah kita di daerah Albalad, kami terkejut sejenak, karena tempat kami menginap di hari pertama di Jordan, terlihat sangat dekat dengan lokasi. Disepanjang jalan barang-barang kuno di jual, seperti pisau berbentuk pisang kas Jordan, cincin, gelang, dan juga mata uang kertas di negara sekitar, nampak mata uang bergambar pemimpin negara sekitar; Khadafi, Imam Khomeini, Khemal Attaruk, Saddam Husein. Hem,.. saya tertarik untuk membeli untuk koleksi, 2 dinar untuk 4 lembar mata uang kertas bersejarah ini.
Langkah kaki kami terus maju sejauh 100 meter, wow,. dari samping jalan terlihat bangunan kuno langsung di depan mata, sebuah kolosium megah tempat para gladiator bertarung, ribuan tempat duduk berjajar ke atas mirip stadion bola, semuanya terbuat dari batu. Disamping bawah nampak mimbar dari batu berdiri tempat moderator memimpin pertumpahan darah, area pertempuran sekitar 300 meter, di depan podium, pintu-pintu pendek berjajar, lengkap dengan lobang kecil tempat berteriak. Pemandangan ini persis seperti dalam film Gladiator.
Setelah berpoto sejenak, pandangan mata kami tertuju pada pintu masuk kolosium, sebelah kiri terlihat musium, “Jordan Museum Of Popular Traditions”. Kami tertarik untuk masuk, sejumlah benda bersejarah abad 6 AD, baju dan alat-alat yang dipakai zaman itu; kain sutra, gelang, kalung, tungku alat memasak, pisau, dan keramik.
Baju-baju kuno berjajar, dipakai orang-orang Ramallah, Nabulus, Bettelhem, dan Bat Dajan. Membayangkan ini tidaklah sulit, cukup mengingat film-film yang menggambarkan kehidupan zaman Yesus sampai dengan 1 abad sebelum zaman nabi Muhammad. Kami bisa membayangkan betapa dekatnya Jordan dengan Jerusalem, jika kami kesana cukup 2-3 jam dengan taxi.(Indonesian.irib.id)
17 April 2012 pukul 16:33
Oleh: Muhammad Ma’ruf