Memilah Antara Filsafat, ilmu dan Sains

Secara harfiah, istilah filsafat berasal dari  “philossophia”. “Philo” yang berarti cinta dan “Sophos”, atau “kebijaksanaan.”

Filsafat berarti “cinta kebijaksanaan.” Dalam arti luas, filsafat adalah kegiatan yang dilakukan orang ketika mereka berusaha memahami kebenaran mendasar tentang diri mereka sendiri, dunia tempat mereka tinggal, hubungan mereka dengan dunia dan satu sama lain (antar manusia).

Sebagai disiplin akademis, filsafat pada dasarnya sama. Manusia yang mempelajari filsafat terus-menerus terlibat dalam bertanya, menjawab, dan berdebat untuk mendapatkan jawaban atas pertanyaan paling mendasar dalam hidup. Tidak lain dan tidak bukan, belajar filsafat artinya belajar tentang kebijakan dan menjadi manusia bijak. Kumpulan kebijakan itu kemudian ditulis dan berkembang menjadi cabang-cabang, disebut ilmu. Terbagi menjadi ilmu yang bersifat teoritis dan praktis. Orang yang memiliki “kemampuan” kedua bidang tersebut disebut orang bijak. Memiliki kemampuan teoritis sekaligus ekperimental (praktis), dan tahu relasi keduanya. Sebagai contoh adalah Aristoteles.

Aristoteles (384–322 SM): filsuf dan ilmuwan Yunani kuno. Kajian Aristoteles mencakup seluruh dunia makhluk hidup dan alam. Banyak deskripsi dan klasifikasinya yang masih berlaku hingga saat ini. Meskipun bukan seorang dokter, ia memberikan pengaruh yang besar pada dunia kedokteran selama 2000 tahun berikutnya.

Aristoteles melihat realitas tertinggi dalam objek fisik, yang dapat diketahui melalui pengalaman panca indera. Ia percaya bahwa setiap masalah memiliki solusi objektif. Pendekatannya adalah ilmiah/sainfik. Mengenai gurunya, ia menulis: “Plato adalah temanku, tetapi kebenaran jauh lebih dari itu”.

Selain mengajar, Aristoteles mengumpulkan banyak koleksi manuskrip, yang kemudian disimpan di perpustakaan di Alexandria. Ia juga mengelola kebun botani. Murid dan penerusnya, Theophrastus dari Eresos (370–287 SM) kemudian mendasarkan “De historia plantarum” -nya pada kebun ini, yang mencantumkan 500 tanaman.

Ceramah-ceramah Aristoteles dikumpulkan dalam hampir 150 volume dan merupakan ensiklopedia pengetahuan pada zamannya, sebagian besar memang merupakan sumbangannya sendiri. Sayangnya, kurang dari sepertiga tulisannya yang bertahan.

Meskipun karya Aristoteles yang paling penting adalah tentang biologi, ia juga membahas logika, metafisika, psikologi, meteorologi, politik, kritik sastra, puisi, drama, dan etika. Meskipun ia bukan seorang dokter, sumbangannya terhadap dunia kedokteran sangat besar. Ia adalah orang pertama yang secara sistematis menangani bidang botani, zoologi, anatomi, embriologi, teratologi, dan fisiologi. Aristoteles dibantu oleh keyakinannya yang besar terhadap alam, dengan menulis: “Dalam segala hal di alam ada sesuatu yang menakjubkan”, “Alam tidak melakukan sesuatu yang sia-sia”, dan “Jika satu cara lebih baik daripada yang lain, Anda dapat yakin bahwa itu adalah cara alam.”

Salah satu legasi Aristoteles di bidang biologi, (terutama dari Buku VII, Tentang sejarah hewan) menggambarkan beberapa ajarannya tentang persalinan. (Aristotle, History of animals. p. 1878)

Tentang lamanya kehamilan

“Sekarang semua hewan lainnya mengakhiri masa kehamilan dengan cara yang seragam; dengan kata lain, satu masa kehamilan ditetapkan untuk masing-masing hewan. Namun, dalam kasus manusia saja dari semua hewan, masa kehamilannya beragam, karena kehamilan dapat berlangsung selama 7 bulan atau 8 bulan atau 9 bulan dan lebih umum lagi 10 bulan (lunar), sementara beberapa wanita bahkan sampai bulan kesebelas.”

Saat kelahiran

“Hal yang wajar bagi hewan lain untuk lahir dengan kepala di depan, tetapi anak-anak akan menempelkan tangan mereka di sisi tubuh mereka. Begitu mereka keluar, mereka akan menangis dan memasukkan tangan mereka ke mulut. Kotoran akan dikeluarkan, kadang-kadang sekaligus, kadang-kadang segera, tetapi selalu dalam sehari, dan kotoran ini lebih dari cukup untuk memenuhi berat badan anak. Wanita menyebutnya mekonium; warnanya seperti darah dan sangat hitam dan seperti ter tetapi setelah ini kotoran tersebut akan berubah menjadi seperti susu karena bayi akan langsung menyusu.”

Filsuf dan ilmuan seperti Aristoteles, jejaknya kemudian di ikuti di dunia Islam. Tidak hanya seorang filsuf dan ilmuan, juga seorang ahli agama. Seperti dalam bidang kimia, fisika, dan kedokteran, Jabir Ibn Hayyan (Geber) (721-815). Karyanya dibidang kimia; kristalisasi, sublimasi, distilasi, kalsinasi, membuat berbagai asam. Ar-Razi (865-925), ahli kedokteran klinis dah ahli kimia. Hasan Ibn Haytsam (Alhazen)-965-1039), fisikawan, matematikawan, aljabar, dan geometri. Alfarisi, pengarang karya optik (Tankih). Alkindi (800-873), fisikawan, geometri, optik, kimia, geografi, kedokteran dan matematika. Mempengaruhi Roger Bacon.

Ibnu Maskawaih, dokter spesialis diet. Karyanya Nawadir ath Thiibiyya (aporisme medis) juga mengarang kitab Al-Azmina. Ibnu Sina (Avicenna, 980-1037)m, Karyanya, Qonun Al-Tib, menjadi buku tek selama lima abad di Eeropa. Ibnu Rusyd (Averroes), 1126-1198), filsuf, ahli hukum, kedokteran, astromi, dan fisika.

Filsafat vs ilmu

Arti filsafat dan ilmu di Eropa pada masa modern seringkali dipertentangkan, dikenal dengan filsafat vs ilmu (sains). Seolah memberitahu bahwa kegiatan sains ekperimental baru dikerjakan setelah abad modern.  Logika induktif-empiris menjadi raja, sementara logika deduktif, metafisika dan agama dicampakkan. Pengaruh ini masih terasa kuat hingga sekarang, kegiatan ilmu berubah menjadi kegiatan sains yang harus ekperimental, empiris dan positifis, mencakup ilmu sosial dan alam. Metafisika dan agama di haramkan di meja akademik. Agama dan sains menjadi sumber konflik dan berdiri sendiri, tapi ada yang melakukan pembatasan, tapi ada juga yang optimis di integrasikan.

Pelajar yang ingin belajar filsafat, terkadang di buat bingung, apa bedanya antara filsafat dan ilmu. Lebih bingung lagi ketika filsafat di beritakan menjadi sumber dari segala seumber ilmu. Sehingga jawaban tersebut akan berkelok kelok dan memanjang. 

Bukankah sepanjang sekolah dari kecil sudah bergelut dengan ilmu, lalu tiba-tiba saat kuliah, ada mata kuliah Fisafat, yang memberi tahu tentang pentingnya filsafat bagi perkembangan dan penguasaan ilmu. Jawaban definisipun beragam yang terkadang mirip, terkadang maksudnya sama (univokal)  dengan istilah yang berbeda-beda (equivokal), sehingga kesulitan menghubungkan dan membedakan antara filsafat dan ilmu.

Salah satu jalan yang paling mudah memahami keduanya adalah setia pada pengertian definisi, sehingga batasan argumentasi tidak jauh dari definisi tersebut. Dari sinilah kita mulai berpikir yang benar (logis), sejauh batasan tersebut.

Berikut rangkuman peta beberapa pembedaan pengertian filsafat dan ilmu sepanjang sejarah;

Filsafat;

  1. Seluruh ilmu hakiki/real (fundasional)
  2. Ilmu hakiki di tambah ilmu konvensional. Seperti tata bahasa, dan sastra
  3. Ilmu non empiris; logika, teologi, estetika
  4. Metafisika dan Filsafat pertama
  5. Digabungkan dengan makna adjektif; Filsafat moral, budaya, politik, komunikasi, matematika, agama, seni dll

Filsafat ilmiah

  1. Agenda riset dalam ilmu positif (positivistik)
  2. Filsafat Marxisme (Materialisme dealektis)
  3. Fisafat menjadi semacam Metodologi

Ilmu

  1. Suatu keyakinan yang sesuai dengan fakta
  2. Himpunan proposisi yang berhubungan satu dengan yang lain, baik partikular maupun universal
  3. Himpunan proposisi universal, baik hakiki maupun konvensional
  4. Himpunan proposisi universal hakiki
  5. Himpunan proposisi hakiki empiris (“scientific knowledge”, saintisme, positifisme)
  6. Dibedakan dari sisi metode, tujuan dan subjeknya
  7. Hubungan antara subjek dan masalah, keseluruhan dan bagian, universal dan partikular

 

oleh, muhammad ma’ruf, peneliti pemikiran barat dan Islam

References

  1. Singer C.A short history of medicine. Oxford: The Clarendon Press, 1928
  2. Graham H., Eternal Eve. London: W Heinemann, 1950
  3. Garrison F H. In: An introduction to the history of medicine. 4th ed. Philadelphia: WB Saunders Co, 1929
  4. Mettler C C. In: Mettler FA, ed. History of medicine. Philadelphia: Blakiston Co, 1947
  5. Still G F.The history of paediatrics. London: Dawsons of Pall Mall, 1931
  6. Aristotle, History of animals. p. 1878.
  7. Taqi Misbah, Y, Philosophical Instructions,