Arsitektur Kemanan Nato vs Kelompok Perlawanan

MP-Pengumuman balasan (khunkhohi/intiqom/retaliation) atas pembunuhan pemimpin biro politik Hamas Ismail Haniyeh  di Teheran sudah final.

Telah dinyatakan Seyyed Ali Khameni pada saat kejadian, rabo, 31/7/2024, “menjadi kewajiban Iran membalas darah tamu mulia kita”.

Ismail Haniyah adalah salah satu dari sekian para pejabat resmi negara sebagai tamu undangan pada acara pelantikan Presiden Iran. Tidak banyak negara yang berani mengundang dan menerima tamu dari kelompok Hamas. Bahkan, sekelas Mahmoud Abbas tidak menghadiri upacara pemakamanya di Qatar, tapi justru menghadiri upara pemakaman Shimon Peres, mantan presiden Israel.

Setelah pernyataan Seyyed Ali Khameni, keudian diikuti para pejabat Iran menyatakan hal serupa dengan beragam ungkapan. Termasuk Presiden Masoud Pezeshkian, Parlemen Iran, Korps Garda Revolusi Islam (IRGC), begitu juga kelompok perlawan (Irak, Yaman, Libanon) menunjukkan bahwa rezim zionis harus bersiap menghadapi hukuman yang berat dan belum pernah terjadi sebelumnya.

Hal yang menarik perlu dikaji disini adalah kecepatan, konsistensi keterikatan antara pernyataan pejabat politik dan rencana kebijakan operasi militer Iran. Bahkan sekelas Russia dan China belum tentu melakukan hal serupa, padahal Iran pada umunya dianggap tidak sekelas AS, China dam Russia.

Bagaimana mungkin Iran, seolah secara otomatis memiliki SOP yang terencana dan matang sekelas AS-Israel. Sebagaimana setiap operasi politik, intelegen dan militer Israel secara otomatis selalu terencana di dukung oleh mesin proxi US, terutama NATO di Timur Tengah.

Apa saja yang membedakan proxi AS dan Iran?. Tulisan ini akan mencoba mengupas pada cakupan area geopolitik Asia Barat (Timur Tengah).

Terdapat beberapa poin penting;

Kounter Super power proxi/aliansi

Tidak bisa di pungkiri posisi Iran, tanpa Russia dan China, memiliki supra struktur pada level tertentu sebagaimana USA. Jika media mengatakan US memiliki proxi, maka Iran juga memiliki proxi, tepatnya aliansi. Relasi proxi AS dibentuk antara atasan bawahan, seperti sistem komando (US Centcom). Sementara aliansi lebih pada kesamaan visi patner perlawanan terhadap kolonialisme di Asia Barat.

US memiliki proxi utama, Israel, sementara anak cabangnya NATO dan negara-negara di sekitar Israel, seperti Emiret, Arab Saudi, Bahrain, Jordan, dan Mesir. Sementara Iran memiliki, tepatnya “aliansi” perlawanan, Palestina, Iraq, Yaman, Libanon, dan Suriah. Tren pada perkembangan terakhir, Turki, Qatar mendekat ke Iran karena isu Palestina, yang sebelumnya menjadi proxi AS pada saat operasi pergantian pemerintahan di Suriah.

Cakupan area proxi AS lebih luas, sementara Iran yang terlihat baru di kawasan Asia Barat, terutama dalam bidang militer-politik dalam kerangka pembebasan Palestina.

Kounter Soft Power Tata Kelola Internasional

Baik AS dan Iran, setiap langkah geopolitiknya keduanya menggunakan basis norma dan hukum Internasional dalam setiap operasi politik dan militernya. Namun pada wilayah ini, basis hukum dan norma yang di jadikan argumentasi, Iran lebih unggul. Soft power politik Iran  di tingkat Internasional berfungsi memperkuat dan mempertajam dukungan mayoritas anggota PBB yang berpihak pada pendirian negara Palestina.

Sebagai contoh, dalam kasus pembunuhan Ismail Haniya, pasal 51 piagam PBB memiliki dasar kuat bagi Iran untuk mengaktualisasikan “defence”dan operasi militer balasan, sementara Israel sebagai pihak agresor, tidak memiliki dasar hukum internasional, bahkan justru secara langsung memperlihatkan perayaan di jalan-jalan Israel. Retorika US dan Israel tidak memiliki landasan faktual, didasarkan murni retorika kekuatan.

Iran pada posisi ini, tetap menggunakan mekanisme hukum internasional, meski AS dan Israel sebagai pihak pelanggar terberat hukum Internasional, termasuk genosida di Gaza dan berkuasa atas semua instrumen PBB.

Kounter Operasi militer

Salah satu kekuatan super power AS adalah operasi militer-politik di seluruh dunia yang di dukung dan bersimbiosis dengan lembaga ekonomi internasional, pasar bebas, lembaga politik internasional, narasi demokrasi liberal dan HAM. Keduanya saling mendukung.

AS siap memberi sanksi ekonomi, politik, militer negara-nagara tarjet yang tidak tunduk pada kepentingan AS. Sementara apa yang disebut kepentingan nasional AS di tentukan oleh “deep state” (CIA dan Industri minyak dan militer privat), bukan pada suara demokrasi rakyat AS.

Pada wilayah ini, kekuatan Iran yang disanksi sejak paska 1979, telah mengalami teror (perang Irak-Iran), MKO, dll. Namun Iran di bawah konstitusi revolusionernya, menjelmakan “negara” menjadi “teman” orang/kelompok/negara yang di tindas dan musuh para penindas (AS) dan proxinya. Tanpa nilai fundamental tersebut, Republik Islam Iran sebaga negara akan kehilangan basis moral utamanya. Nilai itulah yang menggerakan sofpower dan hardpower  geopolitikIran.

Kekuatan penindas dunia, AS dan Israel, oleh pendiri Revolusi Islam Iran, Imam Khomeini telah di identifikasi sejak awal pendirian negara dan menjadi basis utama konstitusi Iran. Artinya melawan hegemoni AS dan Israel di dunia Islam (Asia Barat) adalah Amanah konstitusi Iran.

Olehkarena kekuatan hegemoni AS di dukung oleh infrastruktur militer NATO, maka Iran mengembangkan desain militer yang memiliki kekuatan penyeimbang searah dengan ancaman. Iran memiliki kekuatan penyeimbang untuk mengatasi superioritas udara AS dengan beragam pesawat canggihnya, penyebaran kapal induk, dan sebaran pangkalan militer. Kekuatan itu diantaranya perangkat perang elektronik, cyber, air defence, pangkalan rudal, dan satelit militer.

Desain perangkat industri alustista AS sebagai produsen menjadi infrastruktur negara-negara proxi sekaligus konsumenya. Sifat hubugan yang terbentuk antara atasan dan bawahan. Hal yang membedakan, beragam rudal, air defence dan drone Iran di berikan cuma-cuma kepada kelompok perlawanan.

Diantara kekuatan penyeimbang Iran menghadapi superiortas udara AS-Israel-Nato Arab adalah pangkalan militer-pertahanan rudal dan pesawat bawah tanah.

Iran memiliki persenjataan besar rudal balistik, kuasi-balistik, jelajah, dan hipersonik, yang sejauh ini merupakan yang terbesar di kawasan dan salah satu dari empat terbesar di dunia, serta beberapa model amunisi loitering tercanggih, juga dalam jumlah yang sangat besar.

Rudal balistik panjang yang dibuat khusus untuk pembalasan terhadap rezim Zionis meliputi Shahab-3, Ghadr-110, Fajr-3, Ashura, Sajjil, Emad, Qiam-1, Rezvan, Khorramshahr dan Kheibar, sementara rudal balistik yang relatif lebih kecil meliputi Dezful, Kheibar Shekan dan Haj Qasem.

Kelompok rudal balistik pertama memiliki jangkauan 1.000 hingga 2.500 km dan hulu ledak 700 hingga 1.500 kg, sedangkan kelompok kedua memiliki jangkauan 1.000 hingga 1.500 km dan sebagian besar membawa hulu ledak setengah ton.

Beberapa di antaranya juga dapat membawa beberapa hulu ledak, yang masing-masing mampu membidik target yang berbeda dan beberapa dilengkapi dengan dispenser submunisi untuk menyerang area yang luas seperti pangkalan udara.

Iran mampu menyerang target Zionis dari setiap pangkalan atau lokasi balistik di seluruh negeri, dan muatan besarnya setara dengan penghancur bunker paling kuat dan dapat menembus target keras yang dilindungi oleh beberapa meter beton.

Persenjataan terbaru Iran berupa rudal hipersonik Fattah berpemandu presisi dengan kecepatan terminal Mach 13 hingga 15, dan versi peluncur Fattah-2 yang baru, keduanya tidak dapat di cegat oleh sistem pertahanan udara manapun.

Rudal jelajah jarak jauh Iran, terdiri dari Soumar, Meshkat, Ya-Ali, Hoveyzeh, Abu Mahdi, Paveh, Talaiyeh, dan Qadr-474, sementara amunisi jarak jauh (pesawat nirawak kamikaze) meliputi Ababil, Arash, Shahed-131, Shahed-136, dan Shahed-238. Diantara koleksi rudal tersebut sudah di uji coba mampu menyerah pangkalan militer, kapal induk AS di wilayah Timur Tengah.