Aku sering duduk termenung memandang taman-taman Persia
daun daun berguguran
kursi lengang menunggu para tuan
musim gugur di temani angin sepoi sepoi
Aku seiring duduk termenung di area makam
orang orang berziarah tak ada henti dari segala arah
kamar kamar pondokan sepi penghilang lelah
harum dupa dan doa bagai di surga
Aku sering duduk lagi di taman kampung halaman
memandang sawah dan angin sepoi yang sama
suara indah penduduk gotong royong membangun rumah
burung tengkeng bernyanyi kenyang usai makan ikan, jangkrik dan ulat
Aku seiring duduk sendirian di rumah yang lengang
di hati kosong penuh rasa rindu
menyaksikan bening realitas tanpa raga
tanpa kata yang bercabang, hanya satu makna pengikat jendela hati