Saat UUD 1945 dan Pancasila sudah ditetapkan pada 18 Agustus 1945, simbol lambang negara Indonesia belum ditetapkan.
Panitia Indonesia Raya dibentuk untuk mencari arti lambang-lambang selama peradaban Indonesia pada 16 November 1945. Akhirnya bentuk terakhir desain lambang Garuda Pancasila baru tercipta pada 8 Februari 1950. Rancangan Sultan Hamid II dipilih oleh Soekarno dan para anggota DPR. Tulisan ini akan berusaha memaknai kesucian sila pertama dan simbol Garuda serta relasinya dengan keniscayaan berdirinya negara Indonesia.
Garuda Pancasila memberi tanda informasi, terdiri dari jumlah Bulu dan Pita yang dicengkram. 1. Sayap: berjumlah 17, menandakan tanggal kemerdekaan Indonesia;2. Ekor: terdapat 8 helai yang menyatakan bulan kemerdekaan Indonesia, Agustus; 3. Bawah perisai/tubuh: ada 19, menggambarkan angka pertama dan kedua tahun kemerdekaan, dan;4. Leher: sebanyak 45, menandakan angka akhir dari tahun kemerdekaan Indonesia;5. Pita: Bertuliskan “Bhineka Tunggal Ika” yang berarti “berbeda, tapi tetap satu”.
Dalam Perisai; 1. Bintang: melambangkan sila pertama, yaitu Ketuhanan Yang Maha Esa;2. Rantai: menggambarkan sila kedua, kemanusiaan yang adil dan beradab;3. Pohon beringin: menyimbolkan persatuan Indonesia;4. Kepala banteng: bermakna kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan perwakilan, dan; 5. Padi dan Kapas: mendeskripsikan keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.
Kita harus ingat, lima sila Pancasila seperti yang di akui sendiri oleh Sukarno adalah ilham dari Tuhan.
“Saya bukan pencipta Pancasila. Saya sekedar penggali Pancasila dari bumi tanah air Indonesia ini, yang kemudian lima mutiara yang saya gali itu saya persembahkan kembali kepada bangsa Indonesia. Malah pernah saya katakan, bahwa sebenarnya hasil – atau lebih tegas penggalian dari Pancasila ini – adalah pemberian Tuhan kepada saya.
Saya tidak pernah mendapat wahyu. Wahyu hanyalah Nabi-nabi yang memperolehnya. Saya bukan Nabi, saya seorang manusia biasa. Tetapi syukur alhamdulillah. Ada lagi pembicara tadi memakai perkataan ilham. Ya, benar, saya memang mendapat ilham dari Tuhan Yang Maha Kuasa. Sebagaimana tiap-tiap manusia jikalau ia benar-benar memohon kepada Allah s.w.t. diberi ilham oleh Allah s.w.t. itu”.
Dengan demikian Sila pertama, Ketuhanan Yang Maha Esa, tertera di tengah, menjadi jantungnya empat sila lain adalah ilham dari Tuhan. Denyut nadi bangsa dan negara Indonesia ada pada sila pertama. Simbol bintang yang mewakili cahaya Tuhan yang akan terus menyinari empat sila lain, bahkan semua nilai yang tertera dalam pembukaan UUD.
Hubungan Garuda dan Pancasila adalah antara kacang dan kulit, subtansi dan aksiden, nilai dan simbol. Terdapat keniscayaan berdirinya negara Indonesia dan nilai suci yang diembanya. Bagi penulis, burung garuda tidak sekedar perlambang atau mitos yang tidak real dari seluruh peradaban, termasuk peradaban Indonesia. Makna penggalian dari bumi Indonesia adalah aksiden, sementara nilai subtansi dasar primer adalah Ketuhanan Yang Maha Esa, sementara Kemanusiaan Yang Adil dan Beradab adalah nilai dasar sekunder. Dasar primer dan sekunder adalah satu kesatuan yang membentuk worldview dan ideologi Pancasila.
Burung emas Garuda Pancasila membawa nilai real, sebagaimana burung ababil. Berkat kasih sayang Tuhan, burung ababil di kirim Tuhan untuk membantu ketidakberdayaan manusia menghadapi ancaman kepunahan hidup dan melestarikan nilai kesucian hidup. Nilai suci Ketuhanan bukan berasal dari geneologi bangsa Indonesia yang terbentuk begitu saja secara historis dari hukum alam dan kebebasan manusia. Tetapi nilai permanen dan abadi yang sengaja disediakan Tuhan yang termanifest di seluruh peradaban nusantara dan dunia yang berasal dari yang satu, suci, absolut, tidak terikat ruang dan waktu. Kesungguhan kebebasan manusia Indonesia dalam berjuang menjadi bangsa, negara dan manusia merdeka, menyediakan wadah kesiapan menerima bantuan suci Tuhan tersebut.
Garuda adalah kerangka fisik, badan berbentuk burung. Pancasila memiliki lima nilai. Garuda Pancasila artinya burung yang ingin membawa terbang lima nilai itu keatas. Nilai suci sila pertama Ketuhanan Yang Maha Esa adalah kerangka utama, menjadi dasar kesucian dan menyucikan empat sila lainya.
Tuhan mustahil profan dan kotor, sementara manusia pada sila kedua sebagai ciptaan Tuhanlah yang kotor. Pilihan kebebasan perbuatan manusialah yang mengotori sifat manusia. Namun hakekat manusia terikat oleh “fitrah sucinya” dengan perjanjian Tuhan sebagai ciptaan. Inilah dasar hakekat relasi Tuhan dan manusia pada sila pertama dan kedua. Bahkan secara tegas, Sukarno menyebut, tujuan berbangsa dan bernegara adalah menjadi manusia yang terdiri dari manusia alkamil (menuju dan menjadi manusia sempurna). Inilah karakter asli bangsa Indonesia. Dimana tujuan hidup manusia, bangsa dan negara Indonesia menjadi satu nafas secara hakikiah.
Lihatlah burung Garuda, jika kita tidak pernah melihat bentuk burung garuda secara fisik, setidaknya, kita bisa membayangkan, dialah burung yang secara alamiah ingin terbang setiap saat. Burung yang ingin masuk ke bumi pastilah menyalahi kondisi alamiahnya, karenanya sayap itu membentuk fungsi dan misi kehidupan burung. Cacing dengan bentuknya bulat dan licin, secara natural ingin selalu masuk ke bumi. Karena itu cacing tidak dipilih sebagai simbol negara yang membawa lima misi negara dan bangsa.
Apapun makanan yang di temukan oleh induk burung, entah di pohon, semak-semak, sebagian di makan sendiri oleh induknya dan sebagian diberikan pada anaknya. Burung Garuda tidak sekedar membawa misi mempertahakan hidup (survival of the fittest), bertarung dengan apa saja mengancam kehidupanya demi pelestarian hidup. Misi burung Garuda sekali lagi tidak hanya sekedar itu, tetapi di perlambangkan sebagai “burung emas yang real” membawa nilai yang real bukan mitos, sebagaimana burung ababil.
Nilai suci sifat Ketuhanan Yang Maha Esa dalam Garuda Pancasila adalah burung kiriman Tuhan yang membantu manusia Indonesia menjadi manusia merdeka yang memiliki martabat. Membantu ketidakberdayaan manusia dalam menghadapi ketidakdilan raja Abrahah di zaman periode modern tertentu. Inilah Amanah Penderitaan Rakyat (APR) yang dimaksudkan oleh Sukarno, amanah dari Tuhan untuk bebas dari penindasan manusia atas manusia, segala bentuk kolonialisme sebagai anak kandung dari fenomena penindasan Kapitalisme Dunia. Burung Garuda adalah simbol yang membantu manusia Indonesia dari kepunahan hidup dan melestarikan nilai keluhuran dan kesucian hidup. Olehkarena itu “Burung Emas Garuda Pancasila” memiliki satu simbol dasar yang suci dan objektif-nilai Ketuhanan yang mendasari nilai Kemanusiaan, Persatuan, Demokrasi, dan Keadilan Sosial.
Agar memenuhi nilai tersebut, fisik dan jiwa manusia Indonesia harus kokoh, tidak sekedar lestari untuk bertahan hidup sebagaimana masyarakat Kapitalis, Komunis dan Fasis, tetapi juga mempertahankan dan membawa nilai kehidupan bangsa dan negara ke arah misi suci tujuan kehidupan.
Itulah misi suci “ilham burung Garuda”, karenanya burung itu diperlambangkan sebagai bentuk bantuan Tuhan yang dikirim kedalam ruh Sukarno. Karenanya sumber nilai itu selaras dengan kesucian, dengan nilai Ketuhanan itu sendiri. Mengevaluasi dan menafsirkan lima nilai Pancasila dengan fondasi nilai kesucian Tuhan artinya meniscayakan makna aktualisasi pendirian negara Indonesia selama mengemban misi suci Tuhan.
Segala bentuk manifestasi heterogenitas nilai dan penampilan budaya, agama, suku dan bahasa harus bersatu dan mengerucut pada homogenitas satu nilai Pancasila yang suci sebagai dasar. Semua nilai yang dibawa terbang burung Garuda akan menjadi suci selama tidak berlawanan dengan nilai Ketuhanan yang suci. Sebaliknya semua nilai akan menjadi tidak suci selama selaras dengan nilai ketidaksucian. Inilah makna hakekat Bhineka Tunggal Ika.
Inilah misi suci Garuda Pancasila, membantu mensucikan lima cita-cita bangsa Indonesia membentuk negara Indonesia yang suci, yang gagah berani melawan ketidakdilan dan membawa martabat suci bangsa dan mensejahterakan rakyatnya.
Warna perlambang burung Garuda adalah emas. Emas artinya simbol kesucian, semua nilai kebinatangan manusia harus diolah dan dikelola dengan hati dan akal agar kembali pada kesucian, pada akhirnya memilih takdir kematian yang suci dari kehidupan yang kotor, agar bisa menyatu dengan kesucian, dengan Tuhan itu sendiri.
Negara dan pemerintahan Indonesia adalah bahtera suci yang berlabuh sebagai mana tubuh emas Burung Garuda Pancasila yang membantu mewujudkan misi suci. Itulah kesaktian nilai abadi Pancasila yang dapat menyelesaikan segala bentuk penderitaan kehidupan politik, karena dapat menolong manusia Indonesia ke arah tujuan hidup dan kehidupan politik yang hakiki, kearah Filsafat Politik Pancasila yang hakiki. Penerimaan total Pancasila artinya penerimaan total secara hakikiah, menjadikan nilai suci Ketuhanan pada sila pertama menjadi bintang penuntun, bintang abadi, leitstar statis, di tengah dinamika amuk zaman, leitstar dinamis. (Oleh Muhammad Ma’ruf, Peneliti Pancasila dan Isu-Isu Kontemporer).