Sepertinya legitimasi nyaring dan bising dari mulut pengacara, penegak hukum dan sebagian politisi. Sebenarnya mahluk apakah dia ini?
Baiklah, kita coba merenung renung,….
Jika di robek robek dan di garuk garuk hingga dasar sumur paling dalam, maka legitimasi itu berasal dari air mata sesuatu dimana orang akan rela menjalankan, sesuatu akan menerima di perintah, sesuatu menerima aturan dengan sadar, sesuatu akan rela diarahkan, sesuatu yang karenanya kita menjadi wajib secara alamiah mendukungnya. Tidak terlibat di dalamnya atau di luar skenarionya dianggap akan merugikan semua pihak.
Operasi sesuatu itu nampak dalam denyut masyarakat, tersembunyi dan bekerja dalam lubuk hati terdalam rakyat. Sesuatu itu juga bekerja dan terbaca, memiliki rujukan aturan yang memiliki pabrik jelas, yakni rumah rakyat atau sang pemilik segala rumah, yakni Tuhan itu sendiri.
Sealamiah apapun kondisi pra manusia sebelum terikat dan mengikatkan diri pada konvensi sosial, tidak akan bisa membantah tentang struktur dasar manusia paling dalam. Yakni manusia alamiah itu apa ? jawablah
jika saudara saudara setuju, manusia itu protype Tuhan, manusia egois yang galak beringas, menindas, membunuh, pesta pora tak karuan, pada saat yang sama manusia penjinak api seperti Ibrahim, manusia yang bisa membelah bulan dan jago logika seperti Muhammad, manusia penyembuh mata buta dan penghidup mayat, seperti Isa, manusia pendekar, pembelah laut, seperti Musa. Singkat dan padat, “manusia alamiah itu bisa seperti malaikat yang tinggi, dan setan besar dengan satu badan, dua jiwa”. Perang abadi itulah tugas murni manusia. Itulah manusia alamiah. Manusia yang memilik otoritas membunuh dan menaklukkan dirinya sendiri.
Ketemulah sekarang pengisi legitimasi itu, manusia dengan identitas terbaik, yang mampu membuat rakyat mirip dan mendekat pada identitas asli itu. Sehingga bisa dikatakan, rakyat memiliki indentitas yang mirip, mendekat pada sang pengisi otoritas manusia alamiah itu. Dia memiliki gabungan tongkat (power) dan legitimasi, yakni otoritas. Identitas rakyat mendekat secara sukarela pada gerak magnet identitas manusia alamiah.
Inilah rahasia legitimasi, jika dipilih, jadilah dia penguasa yang menikmati dan penuh aroma legitimasi dan legalitas. Jika tidak di pilih, dia tetap memiliki legitimasi. Sedang, jika manusia setan besar dipilih rakyat, maka dia tetap tidak memilik legitimasi meski berkuasa. Dia legal membunuh saja, sesuai atau tidak sesuatu aturan tetapi dia jauh dari legitimasi.
Sekarang menjadi jelas, manusia alamiah adalah manusia sempurna, bukan manusia yang terlempar ke dunia dengan beban dosa hingga kiamat. Bukan manusia yang muncul dari even sosial politik, bunuh bunuhan antar manusia di Inggris dan Prancis baru muncul manusia alamiah itu dan menimbulkan semarak Revolusi. Atau kondisi masyarakat surga yang digilas secara tiba-tiba oleh neraka dadakan, terkejut dan mengibarkan bendera putih bertulis atas nama keinginan bersama, menjadi semakin manusiawi secara masal setelah meneken kontrak hidup bersama.
Ibarat penjual tahu, ayo beli tahu bulat, yang di goreng dadakan,…tetapi yang benar, belilah bahan tahu dan buatlah tahu,…makan dan nikmati dengan otoritas, legalitas dan jangan takut, karena tidak ada satu pasal yang dilanggar, alias sesuai dengan hukum (legalitas). Sekian perenungan hari, !!!