Israel, Arab Saudi, Iran dan Kompas

Rabu 27 Juli 2016, halaman 8 memuat artikel dengan judul “Hubungan Arab-Israel untuk Menghadapi Iran”. Menarik untuk mencermati tulisan singkat ini. Tulisan format seperti ini sangat khas koran cetakan Kompas ditulis oleh orang yang sama Musthafa Abd Rahman dari Kairo, Mesir ketika membahas isu Timur Tengah. Kira-kira apa yang ingin disampaikan penulis untuk publik pembaca Indonesia. Mari kita cermati 14 paragraf berikut.

Pertama dari judul, penulis sekaligus redaksi kompas jelas memihak Israel, karena tulis penulis “Hubungan Arab-Israel untuk menghadapi Iran”. Judul yang terang-terangan memposisikan Iran sebagai musuh bersama Arab-Israel. Kata menghadapai Iran, seolah Kompas mempunyai masalah dengan Iran padahal Iran sejatinya hanya punya masalah dengan Israel. Jika Iran seolah punya masalah dengan Arab Saudi sebenarnya karena Arab Saudi sudah menjadi satu front dengan kebijakan Israel (minimal merapatnya Arab Saudi ke Isarel bisa dibaca ke arah sana).

Judul tulisan ini menggembirakan Kompas karena Israel seolah ketiban bonus besar karena Arab Saudi sebagai penguasa Mekah dan Medinah di bawah kendali penuh Israel. Bagi pendukung Arab Saudi judul ini membingungkan karena posisi Israel sebagai penjajah Palestina berubah status menjadi teman Arab Saudi. Bagi pendukung Iran, berita ini semakin memperkuat justifikasi bahwa kebijakan politik Arab Saudi memang mendukung Israel bukan Palestina yang terjajah.

Pada paragraf pertama ditulis “mungkin ini revolusi hubungan regional di Timur Tengah” penulis menggunakan kata revolusi (perubahan positif) sebagai justifikasi kebijakan Arab Saudi yang sebelumnya musuh Israel menjadi teman Israel. Pesanya bahwa mendekatnya Arab Saudi ke Israel sebagai prestasi besar bagi Israel. Dalam konteks ini, mendekatnya Arab Saudi ke Israel jika dicermati hanyalah hasil dari pengkondisian proyek penggulingan pemerintahan Suriah. Akan tetapi tulisan ini tidak akan membahas kearah sana karena terlalu panjang.

Paragraf kedua dikatakan kedekatan Arab Saudi dan Israel dilatar belakangi “musuh bersama”. Kata-kata musuh bersama menambah daya intonasi Iran sebagai pihak yang salah sedang Israel pihak yang benar (produk stereotypenya adalah mana penjajah, mana pembela yang terjajah menjadi kabur).

Paragraf ketiga berbunyi “Arab Saudi melihat Iran sebagai pesaing utama karena gerakan ekspansi Iran”. Kata-kata “pesaing utama”, sama-sama memiliki intonasi dengan “musuh bersama”. Frase “pesaing utama”, kalau diletakkan dalam bidang ekonomi dan teknologi bisa bermakna posistif akan tetapi dalam konteks ini lebih tepatnya dalam bahasa vulgar Kompas sedang mengadu domba dan memprovokasi agar pendukung Arab Saudi membenci Iran bukan Israel.

Kemudian frase “ekspansi Iran”. Pertanyaanya ekspansi apa? Kata-kata ekspansi jika mau jujur tepatnya untuk Israel karena telah mengekspansi tanah Palestina dan menyisakan tidak lebih dari 10 persen dari tanah historis Palestina. Ekspansi juga tepatnya disematkan untuk AS yang menguasai minyak di Timur Tengah dan memiliki banyak pangkalan militer. Sehingga frase “ekspansi Iran” lebih tepat sebagai kebohongan publik karena tidak adanya bukti di lapangan.

Sedang paragraf lima, enam, tujuh, delapan, sembilan Kompas menampilkan bukti tentang kunjungan rahasia Arab Saudi ke pemerintahan Israel. Artinya memang benar terdapat daftar data kunjungan Arab Saudi sedang mendekati Israel, sedang Israel seolah dalam posisi pasif. Informasi ini jika kita jeli untuk memenuhi standar berita semata, seolah kunjungan tersebut hasil dari peristiwa alamiah, sedangkan aslinya hasil dari pengkondisian proyek Israel menggulingkan pemerintahan Suriah.

Pada paragraph sebelas, dua belas, tiga belas dan empat belas, Kompas menampilkan bukti sejarah keberadaan bangsa Yahudi menempati wilayah Madinah. Maksudnya Kompas menganggap keberadaan komunitas Yahudi dahulu di Mekah seolah menjustifikasi kedekatan hubungan Arab Saudi -Israel modern.

Dilihat dari empat belas paragraf yang ditulis Mustofa Abdurrahman, semuanya mengarah pada justifikasi kewajaran mendekatnya Arab Saudi ke Israel. Sedangkan memposisikan Iran sebagai musuh bersama dan expansionis jelas tidak ada bukti kuat, jikapun pemihakan Iran kepada Suriah dibaca ekpansionis, hal ini tidak benar karena pembelaan ini semata karena Suriah membela Palestina dengan cara membantu memberi makanan dan senjata kepada kelompok pejuang Palestina. Buktinya hingga sekarang rakyat Palestina tidak ada yang menyangkalnya.

Dari keseluruhan paragraf tulisan Mustofa yang di cetak Kompas, Rabo 27 juli 2016, intinya adalah Kompas ikut bagian dari jaringan media yang mendukung Israel dengan cara ikut andil mengadu domba antara Arab Saudi dan Iran. Pertanyaanya, apakah kebijakan politik redaksi kompas sesuai dengan amanah pembukaan Undang-undang Dasar 1945 yang menyatakan anti penjajahan (Israel)? Sejauh pengamatan penulis untuk urusan geopolitik Timur Tengah, Kompas hingga sekarang pemberitaanya memihak penjajah (Israel) dengan bungkus khas media mainstream.

Kesimpulan saya, jika posisi politik redaksi Kompas terus memihak Israel, maka akan menyulitkan para pelanggan Kompas yang memihak Palestina, satu sisi Kompas memihak minoritas, pluralisme, isu-isu kemanusiaan, di pihak lain mendukung penjajah (Israel). Sebuah sikap politik redaksi berstandar ganda, yang bisa mengunci pendapat pelanggan Kompas yang objektif.

dimuat di Parstoday.com, 28 juli 2016