Burhan Shiddiqin (Argument of Veracious)

Problem
Berbeda dengan burhan-burhan lainnya, burhan shiddiqin memadai dengan sendirinya dalam mengenal zat Tuhan, mengenal sifat Tuhan, tauhid sifat, dan mengenal perbuatan-perbuatan Tuhan dan tauhid perbuatan.

Solusi
Burhan Shiddiqin (Argument of Veracious) adalah sebuah argumen yang menggunakan penalaran dari Zat Tuhan sendiri untuk menetapkan Zat Tuhan. Argumen ini tidak menggunakan sesuatu yang lain selain Tuhan untuk menetapkan keberadaan Tuhan.

Penjelasan
Argumen ini dijelaskan dan diuraikan sendiri oleh Mulla Shadra berdasarkan prinsip-prinsip Filsafat Hikmah (Hikmah Muta’aliyah). Mulla Shadra memandang Burhan Shiddiqin ini sebagai burhan yang paling kokoh dan merupakan jalan para shiddiqin.:

1.    Kehakikian Entitas dan Non-Hakikinya Kuiditas
Di alam alam luaran, setiap entitas tidak lebih dari satu realitas. Benak dan pikiran kitalah yang menyimpulkan dua pahaman entitas dan kuiditas. “al-mahiyyah min haits hiya laisat illa hiya la maujudah wala ma’dumah” (kuiditas qua kuiditas tidak ada kecuali dirinya sendiri, tidak mengada juga tidak meniada). Dan sesuatu yang mengada dengan entitas dan meniada ketika tidak diberikan entitas merupakan bukti bahwa kuiditas tidak hakiki.

2.    Tasykik al-wujud:
Mulla Shadra memiliki keyakinan bahwa wujud-wujud eksternal, baik ia kuat atau lemah, sebab atau akibat, semuanya merupakan sistematika dari sebuah hakikat dan yang menjadi keragamannya adalah keseragamannya dan keseragamannya adalah keragamannya (ma bihi al-isytirak ‘ain ma bihi al-iftirak wa ma bihi al-iftirak ‘ain ma bih al-isytirak) bersumber dari satu genus yang disebut sebagai tasykik al-wujud (gradasi wujud).

3. Besathat al-Wujud (simpelitas wujud);
Entitas merupakan sebuah realitas simpel. Ia tidak memiliki bagian dan bukan merupakan bagian dari sesuatu. Karena kita tidak memiliki sesuatu selain entitas.

4. Kriteria Perlunya Akibat kepada Sebab
Mulla Shadra memandang hubungan akibat kepada sebab merupakan sebuah hubungan faqri (amat sangat membutuhkan). Mengingat seluruh entitas dan identitas akibat diperoleh dari sebab maka akibat memiliki wujud relasional (wujud rabthi) dan tanpa adanya sebab, maka akibat tidak akan pernah ada. Ketergantungan akibat kepada sebab adalah ketergantungan yang bersifat absolut. Dan kita tidak dapat berharap banyak dari esensi akibat selain keterbatasan, kebutuhan, dan kefakiran.