Perang Suriah, Naskah Film Terakhir AS

“We must make clear that will not be tricked into another war designed to make profits for the Wall Street military contractors and oil profiteers. Such a war will take thousands of innocent lives. There is no justification for such a criminal act.”

Inilah keyakinan gerakan anti-perang AS merespon rencana Pentagon menghajar Suriah. Reuters mensurvei, 86% publik menolak perang semacam ini. Perang ini dirancang untuk keuntungan kontrak militer Wall Street dan para pencatut minyak. Tak kalah serunya publik Inggris melihat Cameron dengan gigih meyakinkan parlemen Inggris, lewat debat Live ditayangkan Press TV, tak nyana, usaha gigih Cameron hanya mendapat suara 272 lawan 285, demokrasi akhirnya menolak perang.

George Galloway dengan nada pedas meyakinkan parlemen Inggris, kegilaan apa yang menghinggapi Inggris sehigga harus membantu AS menyerang Suriah, “Apa kita sudah gila, mengatasnamakan masyarakat Internasional sementara menutup mata China dan Rusia yang mempunyai milyaran penduduk, masyarakat Internasional macam mana ini”.

Setelah Obama dan Kerry mengumumkan pada dunia akan segara meluncurkan missile  menghukum Suriah, para aktifis anti-perang dan gerakan anti-imperialisme menyebarkan selebaran untuk menggelar demo. Reaksi paling cepat adalah publik Amerika, Inggris dan paling besar masanya partai buruh Yunani. Selebaran sempat mampir ke email saya berisi beberapa poin jitu terbagi dalam dua hal, pertama tentang kebenaran pemerintahan Assad, kedua tentang kebohongan perang ala koboi Pentagon. Kesimpulan ini hasil pengamatan para aktifis murni dengan akal sehatnya, mereka aktifis anti perang pro kemanusiaan, dan anti-imperialisme. Mereka bukan pendukung Assad, bukan pendukung blok Rusia, bukan pendukung blok Iran. Para aktifis ini didorong karena cinta perdamaian dan kemanusian saja.

Trik Rekayasa Senjata Kimia

Tentang kebenaran Pemerintahan Assad menggunakan senjata kimia, para aktifis menganggap sebagai lagu lama AS. Mereka menyatakan; pertama, Tim inspeksi PBB diundang langsung oleh pemerintahan Suriah, membuktikan bahwa Assad percaya diri, karena memang tidak ada intruksi itu dari Assad.

Kedua, serangan  terjadi hanya sepuluh mil jauhnya dari tim inspeksi, pada hari tim PBB tiba.

Ketiga, Carla Del Ponte, seorang penyidik PBB menyatakan bahwa pemerintah Suriah tidak menggunakan senjata kimia tetapi pemberontak memilikinya.

Keempat, bulan Mei, 12 anggota pasukan pemberontak Suriah ditangkap di Turki. Para pemberontak memiliki 4,5 pon sarin, gas neurotoxin diduga telah digunakan dalam serangan terakhir.

Kelima, bulan Januari, “Daily Mail”, sebuah koran Inggris terkemuka, melaporkan bahwa para pemberontak Suriah sedang merencanakan serangan kimia untuk menjadi alasan menyalahkan pemerintah Suriah sehingga intervensi AS segera bisa dilakukan. Laporan itu didasarkan pada email bocor dari kontraktor militer.

Keenam, para pemberontak Suriah menerima senjata langsung dan dana dari Amerika Serikat, termasuk pemberontak melakukan kekejaman seperti pemerkosaan, pembunuhan, dan penyiksaan. PBB telah melaporkan bahwa mereka aktif merekrut anak-anak, yang merupakan pelanggaran hukum internasional.

Ketujuh, pemerintah Assad telah sepenuhnya bekerja sama dengan tim inspeksi senjata. Anggota tim inspeksi PBB telah secara terbuka menyatakan keraguan mereka tentang serangan kimia oleh pemerintahan Assad. Dr Ake Sellstrom, pemimpin tim, menyebut laporan serangan yang dituduhkan “mencurigakan”.

Kedelapan, laporan serangan sangat tidak konsisten. Beberapa laporan mengatakan lebih dari 1.300 orang tewas. Laporan lainnya mengatakan kurang dari 200. Masih laporan lain mengatakan lebih dari 350. Angka-angka yang tidak jelas dan benar-benar tidak berdasar.

Kesembilan, laporan yang diedarkan oleh “Doctors Without Borders” tidak didasarkan pada informasi mereka sendiri, tetapi berdasarkan laporan yang mereka terima dari kelompok pemberontak Suriah menurut pengakuan mereka sendiri. Video yang diduga serangan diposting di internet oleh pemberontak Suriah, sebelum serangan itu terjadi.

Kesepuluh, kredibilitas video dari serangan kimia yang diduga sedang banyak dipertanyakan oleh ahli senjata kimia. Para korban tidak menampilkan gejala yang tepat akibat gas saraf Sarin. Orang-orang dalam video ditampilkan tidak memakai peralatan yang memadai.

Kesebelas, AS saat ini mendesak tim inspeksi senjata PBB untuk menghentikan pekerjaannya. Para pemeriksa senjata PBB bersikeras bahwa mereka harus diizinkan untuk melanjutkan investigasi mereka dan untuk menentukan fakta-fakta yang sebenarnya.

Meskipun semua keanehan dan inkonsistensi dalam klaim tentang dugaan serangan ini, pemerintah AS da Prancis tetap saja terus menerus secara terbuka mendorong untuk menyerang Suriah.

Jika dilhat dari sepang terjang AS, memang bukan hal baru soal kelihaian memanipulasi dan membenarkan perang ala koboi AS. Tercatat sejak awal perang dunia I, cerita sukses perang-perangan palsu AS menghiasi hidup mereka. Triknya mudah, menuduh orang membunuh agar bisa membunuh.

Sebelas Daftar “Perang-perangan” Palsu AS

Sederet “perang-perangan” telah di gelar AS dalam kurun waktu dari awal Perang Dunia Pertama hingga terkhir,  Suriah, semuanya didasarkan dari laporan palsu, media menyebut dengan War of Deceive”. Diantaranya;

Pertama, perang Spanyol-Amerika, dibenarkan dengan dugaan serangan terhadap USS Maine. Pada kenyataannya, kapal  itu tenggelam karena ledakan internal.

Kedua, pintu masuk AS dalam Perang Dunia I dibenarkan dengan “Zimmerman Telegram”, yang mengklaim Jerman merencanakan untuk menyerang AS dengan Meksiko. Telegram ini kemudian terbukti palsu.

Ketiga, perang Vietnam dibenarkan dengan “”Gulf of Tonkin”” kejadian ini untuk mengklaim Vietnam telah menyerang sebuah kapal AS. Ternyata serangan yang dituduhkan tidak pernah benar-benar terjadi.

Keempat, tahun 1983, invasi AS ke Grenada didasarkan pada tuduhan bahwa pemerintah merencanakan untuk membunuh mahasiswa kedokteran AS. Hal ini terbukti menjadi fiksi lengkap.

Kelima, tahun 1989, penggulingan AS terhadap pemerintah Panama didasarkan pada tuduhan palsu tentang narkoba dan serangan terhadap tentara AS.

Keenam, AS/NATO memboman Yugoslavia dibenarkan adanya laporan  genosida di Serbia. Sejumlah besar laporan ternyata palsu.

Ketujuh, perang Teluk 1991 dibenarkan dengan laporan palsu kejahatan perang Irak di Kuwait. “Bayi terlempar dari inkubator” sebuah cerita yang mengisi berita TV, terbukti benar-benar palsu.

Kedelapan, tahun 1991, AS menggunakan foto satelit untuk mengklaim bahwa Irak mengumpulkan tentara untuk menyerang Arab Saudi. Foto tersebut terbukti kemudian menjadi pemalsuan lengkap.

Kesembilan, invasi AS dan pendudukan Afganistan dibenarkan dengan alasan “perang melawan teror” paska 11 September. Tak satu pun dari orang-orang yang diduga melakukan serangan 9/11 punya hubungan dengan pemerintahan Afghanistan

Kesepuluh, invasi AS ke Irak pada tahun 2003 didasarkan pada laporan “senjata pemusnah massal, senjata kimia dan biologi.” Setelah AS menyerang, membunuh ribuan orang tak bersalah, terbukti bahwa Irak tidak memiliki senjata tersebut.

Kesebelas, Intervensi AS di Libya dibenarkan dengan klaim genosida dan pemerkosaan. Sekarang pemerintah Libya telah digulingkan dan ribuan warga Libya tak berdosa tewas, ternyata banyak laporan ini  benar-benar dipalsukan.

Paska Mubarak lengser, muncul sosok yang menarik, Nabil Naim Abdel Fattah. Lahir 1956 di Boulaq Abu El-Ela. Mendapatkan gelar Sains dari Universitas Kairo, tempat dimana dia mulai komit dengan agama.

Tokoh ini bekas anggota Al-Qaida Afghanistan, terakhir bergabung gerakan Jihad Mesir, dibebaskan paska Mubarak Lengser. Lewat youtube, Nabil mengingatkan pada para mujahidin di Suriah. Nabil melalui pengakuanya telah berjihad bersama AS melawan Rusia, selama 14 tahun. Setelah itu AS melabelinya dengan teroris, dan kemudian dipenjara era Mubarak. Nabil mengingatkan Al-Nusra dan Ihwanul Muslimin yang sedang berjihad di Suriah. Mereka setelah berjihad di Suriah, kemungkinan  besar tidak akan mendapatkan janji khilafah dan penerapan syariat, tetapi akan di labeli teroris oleh AS, akan ditangkap dan dipenjara. Khilafah dan penerapan syariat hanya penipuan AS seru Nabil.

Nabil mengingatkan melalui youtube “Ya akhi, saya tidak ragu keihlasan anda berjuang, tapi apa karena 200-300 rakyat Suriah mati saat demo yang belum jelas siapa yang melakukan, tidak ada penyelidikan, bisa sapa saja yang melakukan termasuk Israel, kenapa hanya karena itu kalian berjuang menggulingkan Assad. Bukankah ribuan orang mati karena Mubarak dulu, tapi kalian tidak berjihad di Mesir. Bukankah Israel merampok tanah kita, membunuh ribuan orang Palestina hingga kini, apa lagi yang kalian tunggu? Adakah pejabat Israel yang di adili, apa yang ada di pikiran kalian.”

Apa salah Assad, dia mengaku sunni, apa Assad membunuh anak-anak kita, mengambil tanah kita, seperti yang dilakukan Israel. Tapi kalian tidak berjihad melawan Israel.

Ibarat film, Nabil hanyalah aktor kecil di Hollywod, dia hanya menjadi pemain dengan gaji “khilafah”. Cerita Nabil seperti naskah skenario film-film Hollywood lain; bumbu cerita sama dengan sedikit plot yang berbeda (pemain, peristiwa). Bagi yang sudah hafal film Hollywood, gampang menebak kemana arah akhir cerita. Sehebat-hebatnya Sutradara, ada masa dia jatuh, sejak awal Perang Dunia I hingga sekarang AS yakin kemenangan bisa diatur kapan dan seperti apa. Tetapi AS kali ini salah mengira, Assad beda dengan Saddam Husein dan Gaddafi, Assad sepertinya benar-benar menjadi singa. Lawanya satu-persatu berjatuhan. Untuk “perang-perangan” Suriah, kali ini AS berhadapan dengan sutradara yang seimbang. Kemana cerita berakhir, tidak akan ada yang  bisa memprediksi. Bisa jadi perang Suriah, menjadi naskah terakhir AS dengan judul “The Last War of Deceive”. (IRIB Indonesia)

Sabtu, 2013 Agustus 31 17:13

Oleh: Muhammad Ma’ruf